Viral Hp Nokia Jadul Menteri PUPR, Solusi Tangkal Serangan Hacker?

Di saat ancaman siber bergentayangan, haruskah kita kembali ke Hp jadul seperti Nokia seri lawas milik Menteri PUPR Basuki Hadimuljono?
Jakarta, CNN Indonesia

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadmuljono menunjukkan bahwa manusia masih bisa hidup dengan Hp jadul. Selain untuk telepon dan SMS, apa sih keuntungan ponsel ini? Keamanan siber salah satunya.

Hp milik Basuki ini sempat jadi pembicaraan di dunia maya. Mulanya, dalam video yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Kabinet, Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers soal Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Selasa (25/10).

Basuki berdiri di belakang sebelah kiri Presiden. Tiba-tiba, muncul bunyi ringtone monofonik khas Nokia lawas yang kencang memecah konsentrasi. Menteri PUPR lantas berbalik badan dan cepat-cepat mengurus Hp-nya.

Dalam podcast di kanal Setkab bertajuk ‘Basuki Hadimuljono Kupas Tuntas Pembangunan Infrastruktur di Indonesia’, Basuki mengaku hanya memiliki ponsel Nokia lawas.

“Nokia aja. Kalau ya WA (WhatsApp) ya ke ajudan. kalau saya hanya pegang ini. Ini mbak, di seluruh sedunia hanya dua orang yang pakai; saya sama perdana menteri Belanda,” aku pria yang akrab dipanggil Pak Bas itu.

“Dengan ini kan kita fokus telepon dan SMS. Menteri Keuangan selalu protes. Tapi tetep bales dengan SMS,” lanjut dia.

[Gambas:Instagram]

Serangan siber

Saat ramai keresahan tentang serangan software Pegasus buatan NSO Group, 2021, banyak anjuran di dunia maya untuk kembali ke Hp jadul alias feature phone, seperti milik Pak Bas.

Perangkat lunak asal Israel itu sendiri diketahui dimiliki sejumlah aparat berbagai negara. Sayang, peruntukannya disalahgunakan untuk memata-matai lawan politik, jurnalis, tukang kritik, hingga kepala negara lain.

Keistimewaannya adalah bisa menginfeksi smartphone hanya dengan panggilan WhatsApp yang bahkan tak diangkat. Korban pun tak punya kuasa menolaknya. Semua percakapan WhatsApp, panggilan telepon, kamera dan speaker dari Hp korban bisa diketahui penyerang.

Peneliti Keamanan Siber Senior di Kaspersky Suguru Ishimaru mengungkapkan ponsel lawas memang bisa jadi solusi menghindari serangan siber karena tak bisa terkoneksi dengan internet.


Suguru Ishimaru, peneliti senior dari Kaspersky, mengungkap keuntungan memakai Hp jadul. (Foto: kaspersky)

“Tergantung jenis Hp jadul nya sih,” kata dia, saat ditemui di Thailand, beberapa waktu lalu.

“Intinya telepon [jadul] ini tak bisa mengakses internet seperti smartphone. Artinya ini susah [ditembus],” lanjut Suguru.

Namun demikian, ia mewanti-wanti masih ada sejumlah cara mengakses Hp lawas secara ilegal di luar via jalur akses internet.

“Memungkinkan [di-hack], tapi sungguh, sungguh sulit. Karena butuh ahli yang bisa ngebut, akses satelit dan lainnya,” jelas dia.

Dikutip dari Livemint, Prateek Bhajanka, Analis Utama Senior di Gartner, mengungkapkan Hp jadul tak 100 persen aman dari serangan siber.

“Ya, feature phone memiliki sasaran serangan yang lebih kecil dibandingkan dengan ponsel cerdas, tetapi tetap memiliki ‘permukaan’ serangan. Serangan skala besar yang memanfaatkan kerentanan SS7 telah terungkap, yang menjadi sasarannya ponsel fitur,” kata dia.

Serangan SS7 sendiri memanfaatkan kelemahan dalam desain SS7 (sistem sinyal 7) yang sangat penting bagi ponsel dan operator namun desainnya bergantung pada kepercayaan.

Selain itu, Bhajanka menyebut penanganan keamanan di ponsel fitur jauh lebih sulit karena sistem operasinya sulit untuk ditambal dan vendor keamananya tidak secara aktif memperbarui.

“Ponsel fitur mungkin relatif lebih aman daripada ponsel cerdas, tetapi mereka tidak kebal terhadap serangan atau pengintaian yang disponsori negara, Pegasus adalah contohnya,” ungkap dia.

Sanjay Katkar, Chief Technology Officer perusahaan cybersecurity Quick Heal, mengungkapkan satu-satunya pilihan adalah waspada terhadap serangan siber dan, misalnya, tak sembarangan mengunduh.

“Seseorang harus mencapai keseimbangan yang pas antara keamanan dan kenyamanan,” saran dia.

(tim/arh)


[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com