Indeks

Sumur Resapan Anies Cocok untuk Ternak Lele? Ahli Buka Suara

Para ahli menjawab kondisi lapisan tanah Jakarta terkait program sumur resapan yang sempat dituding Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi cocok bagi ternak lele.

Jakarta, CNN Indonesia

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mendukung program sumur resapan di ibu kota setelah sebelumnya sempat menilai itu cocok sebagai tempat ternak lele. Benarkah begitu?

Pada Januari 2022, saat Anies Baswedan masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Prasetio menyindir sumur resapan atau drainase vertikal lebih baik digunakan untuk beternak ikan lele lantaran tak efektif mengatasi banjir.

“Kenapa gue coret anggaran vertikal drainase? Buat apa sekarang? Contoh Jalan Sriwijaya, Jalan Menteng, itu kan kawasan elite. Enggak pernah dari zaman gue kecil tahun [19]63 di Jakarta itu namanya banjir di sana, itu enggak ada. Aman benar,” cetus dia, di kantornya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Tapi sekarang dibolongin sama dia (Anies Baswedan) banyak benar. Terus abis dibolongin ditinggal gitu aja. Kalau gue cocoknya bakal kerja sama dengan Dinas KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian), terus taruh lele di dalam situ, masyarakat yang jagain, kasih makan, itu kan jadi pendapatan juga,” imbuh politikus PDIP itu.

Usai Anies turun dan Gubernur DKI dijabat Heru Budi Hartono, Pras mendukung program sumur resapan itu.

“Sebetulnya sumur resapan itu program baik, cuma salah penempatannya,” ucap dia, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/10).

Lalu mana yang benar secara teknis?

Pakar Hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi sempat menilai program sumur resapan tak tepat untuk Jakarta.

Menurut dia, daratan Jakarta secara umum merupakan kombinasi antara endapan laut dan muara sungai. Sehingga, lapisan tanahnya cenderung bersifat liat yang menyulitkan penyerapan air.

“Tanah liat itu akan susah untuk meresapkan air, poinnya di situ. Sehingga kalau di sana dibuat resapan mungkin tidak terjadi resapan,” jelas Pramono, pada Januari lalu.

Jika sudah terlalu penuh, ia menyebut air tidak bisa meresap dan pada akhirnya akan meluap.

“Itu enggak akan efisien. Apalagi mungkin air tanah beberapa tempat di Jakarta itu dangkal, ya tidak efektif,” lanjut dia.

Cocok di Jaksel

Peneliti Ahli Utama bidang Hidrologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Fakhrudin mengatakan sumur resapan sumur memiliki dua fungsi; pertama, sumber resapan. Sumur akan menyerap air ke dalam tanah dan menjadikannya cadangan air tanah.

Kedua, lanjutnya, sebagai tempat kolam penampungan air (bukan untuk penampungan yang lain).

“Fungsi lain adalah dapat menstabilkan aliran sungai ketika musim kemarau yang mengalir sebagai baseflow (air tanah yg masuk ke sungai), dan menampung air hujan saja, seperti kolam penampungan,” jelas Fakhrudin.

Masalahnya, kata dia, tak semua wilayah Jakarta cocok untuk sumur resapan. Hal ini terkait dengan kedalaman air tanah.

“Pada tempat-tempat tertentu, terutama Jakarta wilayah Jakarta Selatan, kedua fungsi (fungsi serapan dan penampung air) tersebut sangat efektif dan semakin ke utara fungsi yang pertama (fungsi serapan) akan semakin kecil bahkan bahkan bisa tidak ada,” kata dia, Jumat (12/11/2021).

“Jadi kalau semakin ke utara tinggi muka air tanah dangkal, begitu digali air tanahnya malah keluar,” ujar dia.

Senada, ahli hidrogeologi dari Masyarakat Air Indonesia (MAI) Fatchy Muhammad mengatakan kawasan Jakarta Utara tak cocok untuk sumur resapan karena kondisi lapisan tanahnya yang berupa lempung dengan daya resap rendah.

“Kalau di daerah [Jakarta Utara] udah lempung, memang kita tidak menyarankan itu,” kata dia, di Jakarta Selatan, (10/2).

Menurut data Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta per 2 Februari, puluhan ribu titik sumur resapan berbagai jenis sudah terbangun dan tersebar di semua kota kecuali Jakarta Utara.

“Kita ambil yang maksimum, yang dibutuhkan air bagian selatan sebenarnya tempat nyimpen airnya, karena air ngalir ke bagian utara,” lanjut Fatchy.

Ia menjelaskan sumur resapan memakai konsep drainase vertikal dengan tujuan meresapkan air ke tanah dan menyimpannya sebagian untuk musim kemarau.

“Sebenarnya yang butuh air itu tanah, bukan laut. Jadi pas air laut naik, keluar [dari daratan],” kata dia.

Terlebih, konsep drainase horizontal sejauh ini gagal jadi solusi banjir selama lebih dari 400 tahun, terhitung sejak Jakarta mulai kebanjiran pada 1621.

Ia menilai sumur resapan jadi cara efektif untuk mengatasi banjir. “Bisa banjir berhenti kalau semua orang melakukan yang sama,” klaimnya.

Fatchy juga menilai sumur resapan bisa berguna bagi cadangan air. Menurutnya, Jakarta pada musim kemarau sering mengalami defisit air rata-rata 10m³/detik. Sebaliknya, pada musim hujan DKI surplus air sampai 2.000 m³/detik sehingga terjadi banjir.

“Ada salah manajemen. Padahal kalau 2000 m3 [air] disimpan, ini bisa dua kali lipatnya buat [cadangan] di musim kemarau,” tandas dia.

(cfd/yla/lnn/arh)

[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version