Studi Ungkap Alasan Perempuan Cenderung Ingat Kesalahan Pasangan

Perempuan diklaim cenderung lebih mudah mengingat kesalahan orang lain ketimbang pria. Pakar pun mengungkap penyebab hal tersebut.

Jakarta, CNN Indonesia

Stereotipe lama menyebut perempuan tak mudah lupa kesalahan pasangannya di masa lalu meski mengaku sudah memaafkan. Mari simak kajiannya secara ilmiah.

Dalam dua studi terpisah, perempuan disebut lebih mudah emosi. Sementara, situasi emosional memang membantu manusia mengingat momen-momen tertentu, termasuk kesalahan orang lain.

Studi pertama berasal dari Universität Basel pada 2015. Hasilnya menunjukkan perempuan lebih emosional dalam menilai konten gambar, terutama konten negatif. Dalam kasus gambar netral, tidak ada perbedaan terkait gender dalam penilaian emosional.

Dalam tes memori berikutnya, peserta perempuan terbukti dapat mengingat lebih banyak gambar secara signifikan daripada peserta laki-laki.

Studi ini juga mengungkap perempuan secara mengejutkan memiliki keunggulan khusus dibandingkan laki-laki ketika mengingat gambar positif.

“Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan yang bergantung pada gender dalam pemrosesan emosional dan memori disebabkan oleh mekanisme yang berbeda,” kata Annette Milnik, pemimpin studi, dikutip dari ScienceDaily.

Situasi emosional

Dalam studi terpisah, para peneliti di Columbia University School of Engineering and Applied Science mengungkap rahasia ingatan emosional di otak.

Yakni, gelombang otak berfrekuensi tinggi di amigdala (pusat proses emosional) dan hipokampus (pusat proses memori) sangat penting untuk meningkatkan daya ingat terhadap rangsangan emosional.

“Lebih mudah untuk mengingat peristiwa emosional, seperti kelahiran anak Anda, daripada peristiwa lain dari waktu yang sama,” kata Salman E. Qasim, penulis utama penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature.

Hal ini didapat dari analisis pola dari 147 partisipan. Para pakar menemukan hubungan yang jelas antara peningkatan daya ingat partisipan terhadap kata-kata emosional dan prevalensi gelombang otak frekuensi tinggi di seluruh sirkuit amigdala-hippocampal.

“Otak jelas memiliki mekanisme alami untuk memperkuat ingatan tertentu, dan kami ingin mengidentifikasinya,” tambahnya.

Salah satu bukti rangsangan emosional sangat berkaitan dengan daya ingat ditunjukkan para peneliti lewat pengujian sejumlah partisipan. Para partisipan diminta untuk mengingat sejumlah kata yang memiliki asosiasi emosional.

Dengan mengkarakterisasi secara sistematis asosiasi emosional dari setiap kata menggunakan peringkat emosi yang bersumber dari orang banyak, Qasim menemukan partisipan mengingat kata-kata yang lebih emosional, seperti “anjing” atau “pisau”.

Hal ini lebih diingat daripada kata-kata yang lebih netral, seperti “kursi”.

Ketika melihat aktivitas otak, para peneliti mencatat setiap kali partisipan berhasil mengingat kata-kata emosional, aktivitas saraf frekuensi tinggi (30-128 Hz) akan menjadi lebih lazim di sirkuit amigdala-hippocampal.

Sementara itu, ketika partisipan mengingat kata-kata yang lebih netral, atau gagal mengingat kata sama sekali, pola ini tidak ada.

(lom/lth)





Sumber: www.cnnindonesia.com