Pohon raksasa dari genus Lophopetalum dalam famili Celastraceae ditemukan di Sumatra. Tumbuhan ini disebut bisa tumbuh sampai 40 meter dengan diameter batang hingga 1,05 meter.
Genus ini mencakup hampir 20 spesies asli yang saat ini tersebar di sejumlah negara, seperti India, Bangladesh, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Nugini, Filipina, Thailand, Vietnam, Australia, dan Kepulauan Andaman.
“Dalam famili Celastraceae, tribe Lophopetaleae termasuk tiga genera paleotropis dengan biji bersayap yang tidak memiliki aril: Kokoona, Lophopetalum dan Peripterygia,” kata Agusti Randi dan rekan penelitinya dari Institut Penelitian Lingkungan Universitas Singapura, seperti dikutip SciNews.
“Genus terbesar adalah Lophopetalum dengan 19 spesies yang ditentukan oleh permukaan bagian dalam kelopak dengan berbagai pelengkap (oleh karena itu nama generik dari bahasa Yunani untuk lambang: lopho-), serta bunga biseksual 5-merous dengan benang sari yang dimasukkan pada cakram, ovarium 3-lokular, dan buah kapsuler 3-sudut dengan sayap yang mengelilingi biji,” tuturnya.
Selain itu, Randi dan para penliti lain menyebut genus ini berkerabat dengan Kokoona, tetapi memiliki sedikit perbedaan.
“Genus ini berkerabat dekat dengan Kokoona, yang berbagi buah bersudut 3 dan biji bersayap, tetapi Kokoona memiliki biji yang menempel di pangkal dan sayap apikal,” terang dia.
Pohon Lophopetalum yang tersebar dari India hingga Australia diketahui memiliki spesies paling beragam di Malesia (wilayah ekologi di sekitar ASEAN) bagian barat.
“Lophopetalum tersebar dari India hingga Australia utara tetapi keanekaragaman spesies berpusat di Malesia barat, dan tujuh dari 19 spesies yang diterima telah dilaporkan dari pulau Sumatera di Indonesia, tetapi semuanya merupakan perluasan dari spesies yang dideskripsikan dari bahan dari Kalimantan, India atau Semenanjung Malaysia,” jelas para peneliti.
Spesies pohon raksasa baru yang ditemukan di Sumatra ini dinamakan Lophopetalum tanahgambut. Pasalnya, spesies baru ini hanya diketahui dari hutan rawa gambut di pulau Sumatera, Indonesia.
“Hutan rawa gambut dikenal dengan keunikannya yang miskin unsur hara, kaya karbon, dan kondisi basah yang memerlukan adaptasi khusus untuk bertahan hidup,” jelas para peneliti.
“Habitat ini, bagaimanapun, masih dipelajari dengan kurang baik dan telah mengalami konversi ekstensif menjadi pertanian dengan hanya 11 persen dari hutan rawa yang tersisa dan tidak terganggu serta dengan area lain yang terdegradasi dan masih mengalami konversi menjadi pertanian,” lanjutnya.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Phytotaxa pada 17 November, Lophopetalum tanah gambut disebut dapat tumbuh setinggi 40 meter dan memiliki diameter batang hingga 1,05 meter. Sistem akar lututnya lebar, hingga 15 meter mengelilingi pohon, menjulang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah.
Kemudian, kulit batangnya halus, retak membujur hingga bersisik, berwarna abu-abu muda hingga kusam atau putih susu. Kulit bagian dalam berwarna oranye merah muda hingga coklat kemerahan pucat.
“Spesies ini adalah satu-satunya pohon Lophopetalum yang dikenal dengan 3-4 daun dalam susunan pseudoverticillate,” tutur para ilmuwan.
Lophopetalum tanah gambut diketahui berbunga pada bulan Februari-April, dan berbuah pada bulan April-Juni.
(lom/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com