Jakarta, CNN Indonesia —
Batu yang dipakai saat penobatan Raja Charles III pada Abad ke-13 ternyata menyimpan simbol misterius.
Dikutip dari Live Science, keberadaan simbol itu diketahui setelah para pakar menggunakan teknologi terbaru yakni permodelan tiga dimensi digital. Lewat teknologi itu, para pakar mensimulasikan batu tersebut sehingga dapat dilihat dengan lebih detail dari perspektif berbeda.
Hasilnya, para pakar menemukan tiga simbol seperti huruf ‘X’ dan satu simbol seperti huruf ‘V’ dalam satu baris. Para pakar pun dibuat kebingungan dengan arti simbol tersebut.
Ewan Hyslop, Kepala Riset Perubahan Iklim di Historic Environment Scotland menyebut simbol itu bukanlah angka Romawi. “Angka Romawi tidak pernah diketahui sebelumnya.,” kata dia.
“Kita tidak tahu, kenapa simbol ini dipahat atau apa yang ditandai olehnya. Tetapi kami berharap, ini akan menjadi bahan riset selanjutnya,” ujar Hyslop.
Hal senada dilontarkan Ewan Campbell, Dosen Senior Arkeologi di University of Glasgow. “Saya kira ini meragukan jika disebut nomor, lebih mirip seperti tanda silang,” katanya.
Batu ini (Stone of Destiny) umum digunakan untuk pelantikan raja Skotlandia pada Abad ke-13. Pada masa kini, batu ini digunakan dalam pelantikan monarki Britania Raya.
Sebagai bagian dari seremonial, batu ini ditempatkan di atas kursi pelantikan yang akan ditempati oleh orang yang dilantik. Batu ini dibawa dan dipindahkan dari Skotlandia ke Inggris pada 1296 dan tidak dikembalikan hingga Abad ke-20.
Metode pencitraan tiga dimensi membuat para pakar dapat melihat tanda-tanda geologis pada batu tersebut dengan lebih jelas. Contohnya adalah perlapisan silang yang mungkin menunjukkan kondisi geologis saat batu terbentuk serta merupakan karakteristik batu pasir pada formasi bebatuan Scone (Scone Sandstone).
Di samping tanda-tanda geologis, para pakar juga dapat melihat lebih jelas tanda pengerjaan batu tersebut dan sejumlah area lain semisal saat batu tersebut diperbaiki pada 1951.
“Level detail yang bisa kami tangkap lewat pencitraan digital telah membuat kami bisa memeriksa ulang tanda perkakas di permkaan batu, yang mengonfirmasi bahwa batu ini telah dikerjakan lebih dari satu tukang dengan alat-alat berbeda, seperti yang telah diduga sebelumnya,” kata Ewan seperti dikutip dari Historic Environment.
Selain simbol tersebut, para pakar juga menemukan adanya noda tembaga di batu tersebut. Noda itu ditemukan lewat metode analisa X-ray Fluorescence (XRF) yang bersifat non-destruktif.
Metode itu mengukur komposisi material kimiawi seperti batu, mineral dan sedimen. Temuan ini menunjukkan bahwa benda tembaga atau kuningan mungkin ditempatkan di atas batu itu untuk jangka waktu tertentu.
“Sejauh ini, hasil yang lebih penting adalah adanya noda tembaga di permukaan,” kata Campbell. “Ini menunjukkan beberapa objek, mungkin peninggalan (relik) seperti lonceng orang suci, ditempatkan di atas batu untuk waktu yang lama.” kata Ewan.
Relik merupakan hal populer di Abad Pertengahan dan terkadang mengandung sisa-sisa fisik orang di era tersebut seperti tulang orang suci atau santo, yang ditempatkan dalam wadah logam, seperti tembaga.
Selain itu, relik juga dapat diasosiasikan dengan orang tertentu. Contohnya adalah beberapa bongkahan kayu yang kabarnya berasal dari saat Yesus disalib.
(lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com