Sebuah perusahaan disebut berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di dalam negeri di tengah kondisi warga yang masih banyak menentang sumber energi tersebut.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Pengawas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Sugeng Sumbarjo mengatakan PLTN itu bakal direalisasikan untuk komersil pada 2032.
“Untuk pembangunan PLTN saat ini sudah banyak vendor-vendor yang tertarik untuk menginvestasikan untuk pembangunan PLTN. Ada satu perusahaan yang ingin menginvestasikan,” kata dia hotel Pullman Central Park, Selasa (8/11).
“Kalau rencananya mereka tahun 2032 mereka akan komersialkan PLTN,” sambungnya.
Meski demikian, Sugeng tak mengungkapkan nama perusahaan tersebut. Ia mengatakan perusahaan ini masih dalam tahap proses penelitian dan pengembangan.
“Saat ini sudah berkonsultasi dengan Bapeten, dari sisi peraturan bagaimana mereka mengajukan desain,” ujarnya, “Sudah dimulai dengan adanya pengkajian. Jadi kami sudah menyampaikan peraturan, dan mereka harus menaati peraturan.”
Soal tahapannya, Sugeng menyatakan “Mereka akan membangun test best platform dulu, pembangunan uji bahan bakarnya.”
Dia juga tak mengungkap lokasi yang rencananya bakal dibangun reaktor itu. Namun demikian, Sugeng menyebut Kalimantan Barat dan Bangka Belitung potensial menjadi tempat PLTN meski itu masih diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Kalbar dan Babel yang potensial. Kalau lokasinya kami belum tahu persis di mana, masih diriset oleh BRIN,” ucapnya.
“Mereka (BRIN) akan menyiapkan dan membantu lab uji dari pembangunan PLTN oleh perusahaan ini. BRIN tentunya badan riset nuklir di dalamnya harus mengawal dan bisa menjadi pendukung perusahaan itu mendukung Bapeten,” lanjut Sugeng.
Dari mana dapat bahan radioaktifnya?
Dia mengatakan RI saat ini masih harus mengimpor lewat konsorsium dari berbagai negara, termasuk dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
“Jadi harus ada kesepakatan impornya itu dari beberapa negara. Kalau satu negara ada kendala, maka negara lain bisa memasoknya,” jelas dia.
“Ada yang sudah resmi dari IAEA juga, konsorsium pemasok. Ada beberapa, tiga sampai empat keompok konsorsium,” tandas Sugeng.
Berdasarkan survei Sigma Research pada Oktober hingga Desember 2015 terhadap 4.000 responden, dukungan publik terhadap energi nuklir diklaim terus meningkat. Yakni, 49,5 persen pada 2011), 52,9 persen pada 2012), 64,1 persen di 2013), 72 persen pada 2014, dan 75,3 persen di 2015.
“Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menyadari potensi pemanfaatan energi nuklir dan kontribusinya untuk menjamin pemenuhan dan kestabilan pasokan listrik di Indonesia,” ujar Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto, di Jakarta, Minggu (27/12/2015).
(can/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com