Jakarta, CNN Indonesia —
Masa penggunaan Satelit Republik Indonesia atau SATRIA-1 disebut tak lebih dari 20 tahun. Lantas, bagaimana nasibnya jika sudah melebihi dua dekade?
CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), perusahaan yang menggawangi SATRIA-1, Adi Rahman Adiwoso mengatakan nantinya satelit itu menjadi sampah antariksa jika sudah berusia lebih dari 20 tahun.
“Jadi semua satelit yang tidak berfungsi akan disimpan di graveyard (kuburan) orbit,” ujar dia kepada wartawan, Selasa (13/6).
Bisa jatuh ke Bumi?
Adi memprediksi sampah antariksa dari Satelit SATRIA-1 akan meluncur kembali ke Bumi 100 ribu tahun mendatang. “Mungkin kita sudah tidak akan ada di sini,” ucapnya.
Ia menjelaskan kawasan graveyard itu berada di 300 kilometer di luar orbit, sehingga diklaim tidak akan membahayakan manusia di Bumi.
Dikutip dari Badan Antariksa Eropa (ESA) jarak 300 kilometer di luar orbit dianggap sebagai jarak aman untuk menghindari gangguan di masa mendatang dengan pesawat ruang angkasa atau satelit yang aktif.
Namun, operator satelit harus menghentikan operasinya tiga bulan sebelum satelit kehabisan bahan bakar sehingga bisa meluncur ke graveyard.
Di samping itu Adi menjelaskan satelit pada umumnya diberikan garansi selama 15 tahun beroperasi.
Maka, lebih dari itu SATRIA-1 nantinya akan dikembalikan kepada pemerintah untuk pengoperasiannya dan tidak di bawah naungan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
“Setelah [15 tahun] ini, karena ini KPBU, satelit dan seluruh sistemnya akan kami serahkan pada tahun ke 15, pemerintah bisa mengoperasikanya selama itu masih bisa dioperasiksn lebih banyak dari 15 tahun tanpa adanya kompensasi lagi kepada KPBU,” tuturnya.
Sebelumnya, sampah antariksa dari satelit meluncur kembali ke Bumi usai 21 tahun mengorbit pada Januari lalu, menurut laporan NASA.
Satelit itu milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Meskipun peluang kepingan satelit itu jatuh menimpa manusia hanya 1 banding 9.400 atau 0,01 persen, peristiwa itu menunjukkan rentannya bumi terhadap sampah antariksa.
Misi satelit itu bernama Earth Radiation Budget Satellite (ERBS) memiliki bobot 2.450 kilogram. ERBS diluncurkan pada 5 Oktober 1984 sebagai bagian dari eksperimen untuk mempelajari radiasi bumi.
Lewat misi tersebut, NASA mengirimkan tiga satelit ke orbit pada ketinggian antara 572 kilometer dan 599 kilometer dari Bumi.
Ketiga satelit itu dirancang hanya beroperasi selama dua tahun, tetapi kenyataannya satelit itu masih bekerja hingga 2005.
[Gambas:Video CNN]
(can/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com