Jakarta, CNN Indonesia —
Setidaknya tiga fenomena langit bakal menghiasi malam Sabtu ini, mulai dari bulan purnama, gerhana bulan penumbra, hingga hujan meteor. Semoga cuaca bersahabat.
Pemandangan langit ini bisa muncul bersamaan lantaran puncaknya terjadi di malam yang sama, yakni antara Jumat (5/5) malam hingga Sabtu (6/5) dini hari. Dua fenomena di antaranya terkait dengan Bulan, yakni gerhana dan purnama.
Pemandangan-pemandangan malam ini pada dasarnya bisa dilihat dari seluruh wilayah RI dengan mata telanjang.
Namun, ada beberapa kondisi yang bisa membuat fenomena di atas bisa dinikmati secara optimal. Di antaranya, penggunaan teleskop dan cuaca yang benar-benar cerah tanpa hujan tanpa awan.
Berikut rinciannya:
Bulan purnama
Berdasarkan keterangan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORPA BRIN), secara umum ada delapan fase Bulan.
Yakni, bulan baru, sabit awal, perbani awal, cembung/benjol awal (besar), purnama, cembung/benjol akhir (susut), perbani akhir, dan sabit akhir.
Fase purnama sendiri merupakan kondisi saat seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi memantulkan cahaya Matahari.
Menurut keterangan BRIN, purnama Mei ini mencapai puncaknya pada 6 Mei pukul 00.34 WIB, 01.34 WITA, atau 02.34 WIT.
Gerhana bulan penumbra
Gerhana Bulan Penumbra terjadi saat posisi Bulan-Matahari-Bumi sejajar. Hal ini membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi. Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama
Menurut BRIN, fenomena ini akan berlangsung selama 4 jam 18 menit.
Gerhana bulan penumbra akan mulai terjadi (kontak awal) pada Jumat (5/5) pukul 22.14.08 WIB / 23.14.08 WITA/ 00.14.08 WIT.
Puncak Gerhana akan berlangsung pada Sabtu (6/5) pada pukul 00.22.55 WIB / 01.22.55 WITA / 02.22.55 WIT.
Sementara, kontak akhir penumbra terjadi pada Sabtu pukul 02.31.40 WIB/03.31.40 WITA/04.31.40 WIT
“Gerhana dapat diamati dari arah Tenggara ke Barat Daya untuk zona WIB. Sedangkan untuk zona WITA, Gerhana dapat diamati dari arah Selatan ke Barat Daya. Sementara itu untuk zona WIT, Gerhana dapat diamati dari arah Barat Daya ke Barat.” tulis ORPA BRIN.
[Gambas:Instagram]
Hujan meteor eta aquariid
Hujan meteor Eta Aquariid, yang kadang ditulis Eta Aquarid, aktif sejak 19 April hingga 28 Mei tiap tahunnya. Puncaknya akan terjadi pada Sabtu (6/5) hingga Minggu (7/5) dini hari, hampir bersamaan dengan fase bulan purnama.
Fenomena ini merupakan salah satu dari dua hujan meteor yang dihasilkan dari puing-puing Komet Halley.
Menurut BRIN, pada puncaknya, fenomena ini bisa menghasilkan 42 sampai 43 meteor per jam di saat kondisi purnama 100 persen.
Meski Bulan sedang terang-terangnya, Kepala Kantor Lingkungan Meteoroid di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA, Huntsville, Alabama, Bill Cooke menyebut Eta Aquariid tak akan tenggelam oleh cahaya purnama.
Pasalnya, ada peningkatan intensitas yang signifikan berupa ‘ledakan’. Hal ini disebabkan oleh partikel yang dikeluarkan dari Komet Halley pada 390 SM. Alhasil, intensitas meteor bisa lebih dari dua kali lipat dari biasanya, yakni mencapai sekitar 120 Zenith Hourly Rate (ZHR).
(tim/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com