Populasi dunia resmi mencapai delapan miliar per Senin (14/11) kemarin. Butuh waktu 11 tahun untuk mencapai angka populasi delapan miliar sejak 2011.
Populasi dunia mencapai 1 miliar pada 1804. Secara berturut-turut, populasi dunia terus meningkat ke angka 2 miliar pada 1927, 3 miliar (1960), 4 miliar (1974), 5 miliar (1987), dan 6 miliar pada 1999.
Butuh waktu 11 tahun untuk mencapai angka 8 miliar dari 2011. Ini merupakan waktu tersingkat dalam hal peningkatan populasi dengan jumlah 1 miliar.
Sementara, jarak terlama peningkatan populasi 1 miliar manusia terjadi pada 1804 ke 1927 yakni 123 tahun. Menurut laporan PBB, jumlah manusia akan mencapai 9 miliar pada 2037, dan 10 miliar pada 2058.
Sayangnya, laporan PBB menyebut peningkatan populasi manusia terkonsentrasi di negara-negara miskin.
“Peningkatan populasi global yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah hasil dari dua tren: peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, nutrisi, dan kebersihan pribadi serta obat-obatan, serta konsistennya angka kesuburan di level tinggi pada banyak negara,”
“Karena negara-negara dengan tingkat kesuburan tinggi cenderung punya pendapatan per kapita yang rendah, pertumbuhan populasi dunia telah sangat terkonsentrasi di negara-negara termiskin di dunia di antaranya negara di sub-sahara Afrika,” tulis laporan PBB.
Lebih lanjut, sekitar 70 persen penambahan populasi tersebut berada di negara-negara berpendapatan rendah. Negara-negara tersebut pun diprediksi menyumbang 90 persen peningkatan populasi di antara tahun 2022 dan 2037.
Peningkatan populasi menjadi delapan miliar jelas berdampak kepada lingkungan. Diperkirakan, akan terjadi penurunan kualitas lingkungan termasuk pemanasan global, perubahan iklim, deforestasi, dan kehilangan keragaman hayati.
“Populasi kehidupan alam liar global menurun 2/3 antara tahun 1970 dan 2020. Sebaliknya, populasi manusia meningkat lebih dari dua kali lipat,” tulis laporan PBB.
“Sejak 1990, sekitar 420 juta hektar hutan telah hilang karena konversi lahan dll. Hutan-hutan primer di seluruh dunia juga menurun sekitar 80 juta hektar,” tulis laporan tersebut.
Kerusakan lingkungan tersebut seringnya muncul dari proses ekonomi yang membawa kepada standar hidup yang lebih tinggi, terutama ketika biaya sosial dan lingkungan penuh, seperti kerusakan akibat polusi dan perusakan habitat, tidak diperhitungkan dalam harga pasar.
Namun demikian, PBB mencatat negara dengan pendapatan per kapita tinggi adalah penyumbang besar emisi gas dan rumah kaca, bukan negara dengan peningkatan populasi yang tinggi.
“Memenuhi target Paris Agreement untuk membatasi peningkatan suhu global sekaligus mencapai Sustainable Development Goals (SDG’s) sangat bergantung kepada pembatasan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan,” tulis PBB.
Foto: CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani
Infografis – 8 Miliar Penghuni Bumi
|
“Akan tetapi, pertumbuhan populasi yang lebih lambat dalam beberapa dekade bisa membantu memitigasi dampak akumulatif kerusakan lingkungan pada paruh kedua abad ini,”
Mengutip situs Uni Eropa, Paris Agreement merupakan kesepakatan antar negara-negara untuk membatasi peningkatan suhu global di angka 1,5 derajat celsius. Selain itu, kesepakatan itu juga dirancang untuk memperkuat kemampuan negara-negara menghadapi dampak perubahan iklim.
[Gambas:Video CNN]
(lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com