Sejumlah pengiklan perlahan meninggalkan Twitter di tengah usaha Elon Musk mencari cara baru untuk menghasilkan cuan. Sederet aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) juga turut menyerukan boikot.
Musk mengatakan pada hari Jumat, Twitter mengalami penurunan pendapatan yang besar karena kekhawatiran pengiklan tentang moderasi konten dan masalah lain yang diangkat oleh para aktivis HAM.
Sejumlah perusahaan besar telah menghentikan sementara iklan dalam beberapa hari terakhir termasuk GM, Audi, Pfizer, General Mills, Volkswagen, dan nama besar lainnya yang mewaspadai potensi perubahan kebijakan Twitter.
Kelompok industri lain juga telah menyatakan keprihatinan tentang keamanan merek di bawah naungan Musk.
The New York Times melaporkan, salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia, IPG mengeluarkan rekomendasi bagi klien untuk menghentikan sementara pengeluaran mereka di Twitter.
Pada hari Jumat, Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) bergabung dengan kelompok hak-hak sipil lainnya dalam menyerukan boikot pengiklan terhadap platform tersebut.
“Tidak bermoral, berbahaya, dan sangat merusak demokrasi kita bagi pengiklan mana pun yang mendanai platform yang memicu ujaran kebencian, penolakan pemilu, dan teori konspirasi,” kata Presiden NAACP Derrick Johnson dalam sebuah pernyataan.
It is immoral, dangerous, and highly destructive to our democracy for any advertiser to fund a platform that fuels hate speech, election denialism and conspiracy theories. Until actions are taken to make this a safe space, we call on companies to pause all advertising on Twitter.
— Derrick Johnson (@DerrickNAACP) November 4, 2022
Dikutip dari Engadget, mundurnya pengiklan di tengah seruan untuk boikot iklan mempertanyakan seberapa cepat bisnis iklan Twitter memburuk di bawah Musk.
Itu juga datang hampir seminggu setelah Musk mencoba meyakinkan industri dia tidak ingin mengubah platform menjadi ‘pemandangan neraka gratis untuk pengguna’.
Lonjakan signifikan perihal ujaran kebencian dan penghinaan rasial terlihat di Twitter setelah berita pengambilalihan perusahaan oleh Musk.
Kepala keamanan Twitter kemudian menyalahkan hal itu terjadi karena kampanye negatif yang terkoordinasi. Namun hal tersebut justru semakin memicu kekhawatiran kelompok hak-hak sipil, hingga akhirnya membuat Musk dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin hak-hak sipil minggu ini.
Jumat lalu, Musk juga tampak menyalahkan penurunan pendapatan iklan ke banyak aktivis yang sama.
“Twitter mengalami penurunan pendapatan besar-besaran, karena kelompok aktivis menekan pengiklan, meskipun tidak ada yang berubah dengan moderasi konten dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menenangkan para aktivis,” kicaunya.
Twitter has had a massive drop in revenue, due to activist groups pressuring advertisers, even though nothing has changed with content moderation and we did everything we could to appease the activists.
Extremely messed up! They’re trying to destroy free speech in America.
— Elon Musk (@elonmusk) November 4, 2022
Tetapi koalisi kelompok hak-hak sipil dan aktivis menolak tudingan Musk. Selama jumpa pers Jumat lalu, mereka mengatakan PHK massal staf Twitter, termasuk orang-orang yang bekerja di moderasi dan keamanan, merusak komitmen yang Musk buat setelah pertemuan dengan pegawai.
“Ketika Anda memberhentikan hampir 50 persen staf Anda, termasuk tim yang bertanggung jawab untuk benar-benar melacak, memantau, dan menegakkan aturan moderasi konten, itu berarti moderasi konten telah berubah,” kata Jessica González, co-CEO Free Press.
Kedua aktivis HAM itu sendiri merupakan bagian dari kelompok yang diajak bicara oleh Elon Musk soal moderasi konten pasca-akuisisi.
[Gambas:Video CNN]
(can/lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com