Penglihatan Buruk, Bagaimana Cara Rayap ‘Melihat’?

Rayap memiliki mata majemuk dengan kualitas tangkapan gambar yang buruk. Lalu bagaimana hewan ini melihat lingkungan?

Jakarta, CNN Indonesia

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap struktur anatomi reseptor sensorik rayap yang membantu hewan dengan penglihatan buruk ini ‘melihat’ dan berkomunikasi.

Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN Bramantyo Wikantyoso menjelaskan kehidupan rayap tanah berkoloni di bawah permukaan kayu atau tanah. Sehingga, zat kimia, peraba, dan getaran bagian tubuh digunakan sebagai alat komunikasi.

Dalam paparannya yang berjudul “Anatomical Structure of Sensory Receptors in The Soldier Castle of Subterranean Termites Coptotermes spp. (Blattpdea: Rhinotermitidea),” Bramantyo menyebut tubuh rayap tanah dikelilingi oleh rambut atau bulu berstruktur yang disebut seta.

Seta ini berfungsi untuk sistem sensor.

“Bulu yang kecil-kecil itu bisa berfungsi sebagai sensori organ apabila memiliki struktur yang fungsional seperti adanya pori dan sel-sel syaraf yang memanjang disepanjang rambutnya atau setanya,” ujarnya dalam acara ZooMinar Knowledge Sharing Seminar in Applied Zoology Series #11, dikutip dari laman BRIN, Kamis (11/5).

Menurutnya, ada tiga tipe yang mendukung fungsi rambut sebagai sensor organ yaitu Mechano-chemosensory, Mechanosensory, Thermo/-hygrosensory. Ketiga tipe ini mempunyai sel-sel sensori memanjang di dalam rambut yang memiliki fungsi spesifik seperti sensor mekanik dan atau kimia.

Pada umumnya, rambut yang memiliki sensor mekanik mempunyai soket yang berasal dari lapisan kutikula. Soket berfungsi untuk memberikan kebebasan dan limitasi gerakan rambut.

Sementara itu, Thermo and Hygro/-hygrosensory punya cerup yang diperkirakan berfungsi untuk area pemuaian ketika dipengaruhi oleh suhu.

Kemudian, Olfactory sensor untuk penciuman pada rambut tertentu yang strukturnya memiliki pori untuk menangkap molekul-molekul kimiawi.

“Rambut-rambut rayap tanah tidak hanya penting untuk diagnosis jenis, tetapi juga memiliki sistem syaraf sebagai organ sensor. Adanya variasi distribusi rambut dimungkinkan karena modifikasi sistem saraf tepi diantara rayap Coptotermes. Ini mempengaruhi sensitivitas terhadap faktor lingkungan.

Karakterisasi struktur dan morfologi penting untuk identifikasi. Karena informasi distribusi rayap di Indonesia masih sangat terbatas,” tutur Bramantyo.

Komunikasi di antara rayap sendiri umumnya dilakukan melalui isyarat kimia atau mekanik. Kedua jenis komunikasi ini sangat penting dalam kelompok rayap, karena umumnya serangga ini memiliki mata majemuk yang kurang berkembang.

Meski rayap bersayap atau alate memiliki mata majemuk yang lebih berkembang, mereka diketahui masih tetap mengandalkan isyarat kimiawi. Misalnya, rayap bersayap jantan menggunakan feromon untuk mencari dan mengikuti betina.

Lebih lanjut, studi tentang komunikasi serangga telah mendasari eksplorasi rambut sebagai organ sensor (sensilla) pada antena hewan arthropoda.

Pada kelompok rayap, sensilla sangat penting untuk menangkap feromon atau zat kimia yang dihasilkan dari tubuh hewan dengan beberapa fungsi, merasakan sentuhan dan getaran baik dari teman atau predator di dalam dan di luar sarang.

Hilangnya organ sensor tertentu dapat mempengaruhi perilaku rayap.

(lom/lth)





Sumber: www.cnnindonesia.com