Penampakan Gunung Bawah Laut Pacitan, Puncak di Kedalaman 3.800 Meter

Badan Informasi Geospasial (BIG) membenarkan soal temuan gunung bawah laut di dekat Pacitan, Jatim. Simak fakta-faktanya berikut.

Jakarta, CNN Indonesia

Tim survei dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) Badan Informasi Geospasial (BIG) membenarkan soal temuan gunung bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Berikut fakta-faktanya.

Gunung ini berada di dasar laut dengan kedalaman sekitar 6.000 meter dan memiliki ketinggian sekitar 2.200 meter, dengan puncak gunung berada pada kedalaman sekitar 3.800 meter.

“Gunung bawah laut yang baru ditemukan ini berada sekitar 260 kilometer di selatan Kabupaten Pacitan, tepatnya berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Koordinator Pemetaan Kelautan BIG Fajar Triady Mugiarto, dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Antara, Senin (13/2).

Sebelumnya, kabar temuan ini disampaikan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan Erwin Andriatmoko. Ia menyebut gunung tersebut memiliki tinggi 2.300 meter dari dasar laut dengan diameter 10 kilometer.

Gunung bawah laut ini, kata Fajar, ditemukan saat tim dari PKLP BIG melakukan survei Landas Kontinen Ekstensi (LKE) di wilayah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Survei yang dilakukan menggunakan Kapal Survei Baruna Jaya III ini bertujuan mendapatkan data batimetri atau topografi bawah laut secara detail. Data yang didapat, selanjutnya digunakan sebagai data utama penghitungan klaim luas landas kontinen ekstensi di luar 200 mil laut.

Survei selama 52 hari layar ini dilaksanakan bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada September-November 2022. Salah satu lokasi pemantauannya adalah daerah atau zona subduksi di selatan Pulau Jawa.

Kenapa dikategorikan gunung?

Fajar mengungkapkan itu terkait dengan dokumen International Hydrographic Organization (IHO) B6. Bahwa, definisi gunung bawah laut adalah fitur atau obyek yang memiliki elevasi atau ketinggian yang berbeda dengan sekelilingnya.

“Beda tinggi lebih besar dari 1.000 meter di atas relief sekitarnya dengan diukur dari batimetri terdalam yang mengelilingi sebagian besar fitur atau obyek tersebut,” terangnya.

BIG pun melakukan koordinasi teknis dengan sejumlah pihak terkait, yakni pakar geologi, hidrografi, serta perwakilan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.

Rapat ini juga dihadiri perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).

Berdasarkan definisi itu dan hasil identifikasi gunung bawah laut yang dihasilkan dari survei LKE, seluruh pakar dan perwakilan yang hadir pada koordinasi teknis, obyek ini disimpulkan termasuk kategori gunung bawah laut, baik dari sisi geologi maupun hidrografi.

Seluruh data yang ada, kata dia, sesuai dengan dokumen IHO B6 dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi.

“Pemberian nama dapat diberikan terhadap obyek yang ada di darat dan laut.”

Pada Maret 2023, lanjutnya, pihaknya akan melakukan penelaahan nama rupabumi ini di tingkat pusat. Saat ini, BIG akan memfinalisasi usulan nama gunung bawah laut yang disampaikan Pemkab Pacitan dengan para pejabat setempat.

“Diharapkan nama gunung api ini nantinya dapat masuk ke dalam Gazeter RI. Bahkan, direncanakan nama gunung bawah laut ini akan di-submit ke ranah internasional di The GEBCO Sub-Committee on Undersea Feature Names (SCUFN),” urai Fajar.

Gazeter merupakan “daftar Nama Rupabumi Baku yang memuat informasi Nama Rupabumi, Nama Lain, Unsur Rupabumi, Koordinat, dan Keterangan Wilayah.”

Yang jelas, katanya, para pakar dan perwakilan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sepakat tidak akan menggunakan nama orang sebagai nama gunung bawah laut yang baru ditemukan itu.

Kesepakatan ini berdasarkan dengan mitigasi bencana, bisa jadi gunung bawah laut tersebut menjadi ancaman bencana di masa depan.

(Antara/arh)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com