Jakarta, CNN Indonesia —
Gempa dengan Magnitudo 7,8 di Turki, Senin (6/2), memicu lebih dari 500 korban jiwa di Turki hingga Suriah. Pakar mengungkap lindu ini amat merusak dan mematikan karena sumbernya dari sesar dangkal yang dekat permukiman.
Selain korban jiwa, gempa ini juga disebut membuat jatuhnya korban luka hingga 3.000 orang. Selain Turki dan Suriah, negara yang terkena guncangan lindu ini adalah Lebanon dan Israel.
Menurut data lembaga pemantau geologi AS (USGS), mengungkap pusat gempa atau episenter ini berada di 23 kilometer timur Nurdagi, di provinsi Gaziantep, Turki.
Kedalaman gempa yang terjadi pada Senin (6/2) pukul 01.17.36 GMT (pukul 08.17.36 WIB) ini mencapai 24,1 kilometer.
Dikutip dari The New York Times, USGS mencatat setidaknya 24 gempa susulan setelah gempa utama di Turki itu. Pusat gempa terjadi kira-kira di sepanjang Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault).
Karl Lang, seorang asisten profesor di Sekolah Ilmu Bumi dan Atmosfer Universitas Teknologi Georgia, AS, mengatakan daerah yang dilanda gempa memang rentan terhadap aktivitas seismik.
“Ini adalah zona patahan yang sangat besar, tapi ini adalah gempa bumi yang lebih besar daripada yang pernah mereka alami sebelumnya,” kata dia, dikutip dari CNN.
Dalam sebuah unggahannya di Twitter, seismolog dari USGS Susan Hough mengatakan gempa tersebut amat mematikan dan berdampak luas karena lokasi dan kedalamannya yang dangkal.
“Dunia telah melihat magnitudo yang lebih besar dari [gempa] ini selama 10-20 tahun terakhir,” kicaunya.
“Tetapi gempa yang dekat dengan M8 tidak umum terjadi pada sistem patahan sesar dangkal, dan karena kedekatannya dengan pusat populasi dapat sangat mematikan.“
Sumber patahan
Stephen Hicks, seismolog di Imperial College London, mengungkap gempa M 7,8 ini memiliki kekuatan yang sama dengan gempa yang menewaskan sekitar 30 ribu orang di Turki pada Desember 1939.
Ia mengungkap Turki pada dasarnya merupakan sarang aktivitas seismik karena berada di dua patahan besar di Lempeng Anatolia.
Yakni, Patahan Anatolia Utara (Northern Anatolian Fault/NAF) yang melintasi Turki dari barat ke timur; dan Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault/EAF) yang ada di wilayah tenggara negara itu.
“Northern Anatolian Fault mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena migrasi gempa besar ke arah Istanbul,” ujar dia.
“Namun hari ini gempa M7,8 tampaknya terkait dengan zona East Anatolian Fault yang mengimbangi lempeng tektonik Arab dan Anatolia,” sambungnya.
Dikutip dari studi sejumlah peneliti Turki bertajuk ‘Active Seismotectonics of the East Anatolian Fault’ yang terbit di Geophysical Journal International, Februari 2022, Sesar Anatolia Timur merupakan patahan sepanjang 700 km yang terletak di antara lempeng Anatolia dan Arab.
Kedekatan Kutub Euler (titik rotasi patahan) dengan batas lempeng Arabia-Anatolia menyebabkan perubahan kecepatan lempeng yang cepat di sepanjang batas, yang dimanifestasikan oleh penurunan laju slip dari timur (10 mm/tahun) ke barat (~1-4 mm/tahun).
Para ahli mengungkap mekanisme fokus dan kegempaan menunjukkan bahwa EAF menukik ke utara dan membentuk batas lempeng yang terdefinisi dengan baik di timur antara Palu dan Çelikhan (turki) dengan gerakan lateral kiri.
Untuk mengukur bahaya seismik di sepanjang EAF, para ahli menghitung waktu pengulangan dan magnitudo maksimum untuk setiap segmen dengan menggunakan katalog kegempaan yang diperpanjang selama 150 tahun.
“Hasilnya menunjukkan waktu perulangan ~150 tahun dengan Mmax (magnitudo maksimal) ~6.7-7.0 di sepanjang segmen Palu dan Pütürge yang aktif secara seismik di timur,” tulis para ahli.
“Sedangkan segmen barat yang relatif sepi menghasilkan waktu perulangan yang lebih lama; 237- 772 [tahun] untuk Pazarcık dan 414-917 untuk segmen Amanos dengan magnitudo sedikit lebih besar (Mmax~7-7.4).”
Para ahli dari Yildiz Technical University dan Bogazici University, Turki, itu pun mengungkap Patahan Anatolia Timur ini memiliki pola gempa yang kompleks.
“Kami menyimpulkan bahwa pola kegempaan dan bidang laju regangan di sepanjang EAF dibentuk oleh beberapa faktor seperti ketidakteraturan geometris yang kuat, sambungan heterogen, dan gerakan patahan yang kompleks yang mengarah ke perubahan laju slip patahan yang cepat,” kata para ahli.
(tim/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com