Jakarta, CNN Indonesia —
Para peneliti asal China mengklaim telah mengembangkan mesin pembaca pikiran pertama yang mampu mengubah pikiran menjadi bahasa Mandarin.
Tim penelitian yang dipimpin oleh Wu Jinsong dari Rumah Sakit Huashan, yang berafiliasi dengan Fudan University’s Shanghai Medical College mengatakan studi ini merupakan kemajuan untuk memulihkan kemampuan berbicara pada pasien dengan gangguan komunikasi.
Kemajuan dalam teknologi antarmuka otak-komputer telah menghasilkan mesin yang dapat mengartikulasikan frasa singkat dalam bahasa Inggris dan Jepang dari rekaman aktivitas otak.
Namun, tantangan unik dari bahasa Mandarin sejauh ini masih di luar kemampuan mereka. Sehingga para peneliti mengembangkan teknologi penerjemah ini.
Dilansir South China Morning Post, penelitian ini bekerja sama dengan para ilmuwan dari Universitas Tianjin dan Universitas ShanghaiTech, melengkapi celah penelitian sebelumnya dengan metode memecahkan kode dan mengartikulasikan ucapan bahasa Mandarin dari aktivitas otak.
Struktur neurolinguistik dan pengucapan bahasa Mandarin yang berbeda membuat mekanisme dan algoritma saraf berbasis bahasa Inggris tidak dapat diadaptasi secara langsung.
Suku kata dengan struktur yang sama memiliki nada yang berbeda dalam bahasa Mandarin kerap mewakili berbagai kata.
Sebagai contoh, suku kata bahasa Mandarin “ma” memiliki empat nada yang berbeda yang dapat berarti “ibu”, “rami”, “kuda”, dan “memarahi”.
Untuk menavigasi kerumitan ini, Wu dan timnya menyempurnakan algoritma yang mengamati aktivitas saraf manusia.
Penelitian sebelumnya menggunakan elektroda yang ditempatkan langsung di otak untuk membuat hubungan antara ucapan dan gerakan laring (saluran yang menghubungkan tenggorokan dengan sistem pernapasan), bibir, rahang dan lidah.
Para peneliti menggunakan teknik invasif yang sama untuk rekaman saraf, tetapi mereka memperkuat pada sinyal yang dipasang di laring kemudian memperlakukan gerakannya secara terpisah dalam algoritma untuk memberikan penekanan tambahan pada nada suara.
Tim Wu menargetkan area otak tertentu yang terkait dengan ucapan dengan beberapa algoritma yang bekerja bersama-sama. Ia menggabungkan output untuk menghasilkan ucapan nada.
Menurut Wu, hasilnya sangat mengesankan, dengan metode yang mengungguli teknik tradisional.
Para peneliti menggunakan dua metrik yang berbeda untuk mengevaluasi keampuhan metode ini.
Penilaian kejelasan nada menguji seberapa akurat pendengar dapat mengidentifikasi suara ucapan tonal, dengan hasil akurasi berkisar antara 81,7 sampai 92,3 persen.
Kualitas suara dari ucapan yang dievaluasi melalui skor opini, rata-rata menilai metode ini pada 3,86 dari lima. “Sebagian besar jelas, dengan hanya sedikit pendengaran yang terfokus,” kata para peneliti.
Tim peneliti mengatakan temuan ini berpotensi untuk diperluas ke bahasa-bahasa tonal lainnya.
“Pemodelan kami juga dapat diterapkan pada dialek bahasa Mandarin lainnya, seperti Kanton dan Wu, di mana kami perlu memperluas modul pengurai nada untuk menguraikan tujuh atau sembilan nada,” kata Wu.
(can/lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com