Jakarta, CNN Indonesia —
Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebut penyebab hujan rutin kembali turun di beberapa wilayah Indonesia berkaitan dengan vorteks kembar dan Gill pattern yang terjadi di Samudra Hindia.
“Hujan yang kembali meningkat di barat Indonesia berkaitan dengan apa yang sedang terjadi di Samudra Hindia. Potensi vorteks kembar di dekat Sumatra selama dasarian 1 (data KAMAJAYA), dibuktikan dengan pantauan awan terkini yang berasosiasi dengan pola tapal kuda (Gill pattern),” ujar Erma dalam cuitannya pada Sabtu (6/5).
Gill Pattern. Hujan yg kembali meningkat di barat Indonesia berkaitan dg apa yg sedang terjadi di Samudra Hindia. Potensi vorteks kembar di dekat Sumatra selama dasarian 1 (data KAMAJAYA), dibuktikan dg pantauan awan terkini yg berasosiasi dg pola tapal kuda (Gill pattern). pic.twitter.com/FWoQ9Oa1MM
— Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin) May 5, 2023
Pola tapal kuda atau Gill pattern sendiri ditemukan oleh Gill pada 1980 yang mencoba menjelaskan bagaimana gelombang ekuator berperan dalam memusatkan sumber panas di Indonesia dan menciptakan gerakan rotasional (vorteks) baik di atas samudra Hindia maupun Pasifik.
“Artinya, angin baratan kuat sedang menuju pesisir barat Sumatra disertai dengan kumpulan awan yang massif, pembentukan vorteks kembar. Maka angin kencang yang berputar dan hujan deras persisten di Sumatra dapat terjadi selama 2-3 hari mendatang,” terang Erma.
“Jawa bagian barat pun terkena dampaknya,” imbuhnya.
Vorteks sendiri merupakan badai yang ditandai dengan pusaran angin dengan radius kurang dari 50 kilometer.
Badai ini tidak hanya menimbulkan angin kencang dengan kecepatan konstan yang bertahan lama, tetapi juga disertai pembentukan hujan ekstrem dalam pola memanjang dan meluas di sepanjang pergerakannya di lautan. Fenomena ini dapat menimbulkan badai ekstrem disertai gelombang tinggi.
Dalam update terbaru pada Senin (8/5), Erma menyebut pembentukan dua vorteks tersebut sudah dimulai pada hari ini. Akibatnya, kedua vorteks tersebut berpotensi memicu hujan dengan intensitas ekstrem yang persisten.
“Untuk vorteks utara memicu hujan badai squall-line di pesisir barat Sumatra (khususnya Sumut dan Sumbar). Untuk selatan menimbulkan hujan di Jabodetabek dan Jabar,” jelasnya.
Sementara itu, pada Selasa (9/5), vorteks selatan diperkirakan tumbuh membesar di dekat pesisir Sumatra dan Jawa. Hal ini berpotensi menimbulkan squall-line persisten yang menjalar hingga ke Jawa dan Bali.
Erma mengatakan squall-line atau ‘jalan tol hujan’ adalah salah satu jenis badai konvektif.
Dikutip dari situs National Weather Service (NWS), yang merupakan BMKG-nya Amerika Serikat, squall line itu merupakan salah satu tipe badai yang panjangnya bisa mencapai ratusan kilometer.
“Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan mil. ‘Garis badai’ ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak,” menurut pernyataan lembaga itu.
Terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut hujan yang mengguyur Tanah Air beberapa waktu terakhir biasa terjadi di masa pancaroba.
“Kalau yang cerah berawan tiba-tiba hujan itu kita namakan hujan sporadis. Ini terjadi biasanya pada masa pancaroba,” ujar dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/4).
Menurutnya, salah satu fase di saat pancaroba memiliki ciri hujan dengan durasi singkat namun lebat.
Melansir situs resmi BMKG, Indonesia memasuki awal musim kemarau pada kisaran bulan April hingga Juni sebanyak 430 ZOM (61,52%). BMKG pun menyebut, Awal Musim Kemarau bagi beberapa daerah terbilang maju, jika dibandingkan dengan periode 1991-2020.
“Jika dibandingkan terhadap normal (periode 1991-2020), Awal Musim Kemarau 2023 di sebagian besar daerah yaitu 289 ZOM (41,34%) diprakirakan maju, sedangkan wilayah lainnya diprakirakan sama terhadap normal yaitu sebanyak 200 ZOM (28,61%) dan mundur terhadap normal yaitu sebanyak 95 ZOM (13,59%)” tulis BMKG.
(lom/lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com