Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi cuaca buruk di Nusa Tenggara hingga Papua sehari ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan cuaca buruk itu akibat bibit siklon tropis 91P. Dampaknya, hujan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang melanda wilayah tersebut.
“Bibit 91P masih terpantau berada di Teluk Carpentaria selatan Papua, tepatnya di sekitar 13.3° LS 137.6° BT, dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan udara minimum 1004 mb,” ujar Guswanto dalam keterangannya, Selasa (14/2).
Ia menyebut bibit siklon itu berdampak secara tidak langsung terhadap sejumlah kondisi cuaca di Indonesia dalam 24 jam ke depan. Pertama, hujan lebat dan angin kencang.
“Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua,” tuturnya.
Kedua, gelombang tinggi 1,25 – 2,5 meter di Laut Flores bagian barat, Perairan selatan P. Buru – P. Seram, Laut Banda bagian utara, Perairan Fakfak – Kaimana, Perairan Amamapare, Perairan utara Kep. Kai – Kep. Aru, Perairan selatan Kep. Tanimbar, dan Laut Arafuru bagian tengah.
Ketiga, gelombang tinggi 2,5 – 4 meter. Lokasinya di Laut Flores bagian timur, Laut Banda bagian selatan, Perairan Sermata hingga Kep. Babar, Perairan utara Kep. Tanimbar, Perairan selatan Kep. Kai – Kep. Aru, dan Laut Arafuru bagian barat.
Keempat, gelombang tinggi 4 sampai 6 meter yang berpotensi terjadi di Laut Arafuru bagian timur.
Penyebab siklon
Guswanto menuturkan, berdasarkan citra satelit Himawari-9 kanal Enhanced-IR, aktivitas konvektif (terkait awan) signifikan terjadi di sekitar Teluk Carpentaria itu dalam 6 jam terakhir.
Data angin perlapisan menunjukkan sirkulasi siklonal di lapisan bawah hingga lapisan menengah.
“Kondisi kelembapan udara di lapisan bawah (> 70%) hingga menengah cukup mendukung pertumbuhan bibit siklon tropis tersebut,” tutur Guswanto.
Ia mengatakan beberapa kondisi lingkungan sekitar bibit siklon juga mendukung pertumbuhannya. Yakni, suhu muka laut yang hangat (28-29°C) dan Gelombang Rossby Equator.
“Namun terdapat beberapa faktor yang kurang mendukung pertumbuhannya yaitu, konvergensi lapisan bawah lemah (5-10 s-1), divergensi lapisan atas sedang (15-20 s-1), dan wind shear vertikal sedang (15-20 kt),” tuturnya.
Selanjutnya, model numerical weather prediction (NWP) skala global menunjukkan potensi peningkatan intensitas dengan propagasi ke arah Barat-Barat Daya.
Meski demikian, kata Guswanto, “potensi bibit ini untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada dalam kategori rendah.”
(can/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com