Jakarta, CNN Indonesia —
Gerhana matahari dalam pandangan ahli agama berkenaan dengan kerusakan dan kemaksiatan. Bagaimana dalam pandangan pakar astronomi?
Sebelumnya, gerhana matahari hibrida bakal terjadi pada Kamis (20/4). Beberapa daerah di Indonesia timur bakal mendapat gerhana matahari total.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis mengatakan fenomena gerhana matahari merupakan peringatan dari Allah SWT kepada manusia atas perbuatannya di dunia.
“Dalam kacamata keagamaan gerhana matahari itu berkenaan dengan perilaku manusia di muka Bumi, termasuk kerusakan dan banyaknya maksiat,” katanya, Rabu (19/4) dikutip dari Antara.
Ia mengatakan fenomena gerhana matahari merupakan kejadian yang Allah SWT ciptakan supaya manusia sadar dan tunduk kepada Allah SWT.
“Oleh karena itu manusia dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, sedekah, shalawat, dan melaksanakan shalat gerhana sebagai bentuk pertaubatan,” katanya.
“Dalam surat Yasin itu ada ayat yang berbunyi wasysyamsu tajri limustaqarrillahaa (Dan Matahari berjalan di tempat peredarannya, QS. Yasin: 38),” ujar Cholil Nafis, doktor lulusan Universitas Malaya itu.
Menurutnya, gerhana matahari merupakan fenomena pengaduan Matahari kepada Allah karena melihat keengganan manusia dalam beribadah kepada Allah, jelasnya.
Terpisah, Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhammad menjelaskan gerhana matahari hibrida disebabkan oleh berubahnya jarak antara permukaan Bumi yang melengkung dengan Bulan sebagai objek yang menghalangi Matahari.
Efeknya, gerhana matahari di sebagian wilayah Bumi tampak sebagai gerhana Matahari total, di wilayah lainnya tampak sebagai gerhana Matahari cincin.
“Di wilayah Indonesia, gerhana Matahari pada 20 April 2023 akan teramati sebagai gerhana Matahari total (GMT) dan gerhana Matahari sebagian,” ujar Johan, dikutip dari siaran pers BRIN.
“Gerhana Matahari total akan teramati khususnya di wilayah Indonesia bagian timur yang terbilang singkat kurang lebih 1 menit, sementara di daerah Indonesia lainnya akan teramati sebagai gerhana Matahari parsial,” tambah dia.
3 Tim peneliti
Merespons gerhana ini, BRIN akan melaksanakan pengamatan gerhana di Biak, Papua, dan membentuk tiga tim penelitian.
“Tim pertama akan melakukan penelitian Matahari yaitu melakukan prediksi penampakan korona dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence, serta analisis bentuk korona untuk mengetahui fase aktivitas Matahari.”
Tim kedua melakukan penelitian ionosfer yang mana akan meneliti dampak gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer di Indonesia, dan tim penelitian ketiga akan melakukan penelitian geomagnet yaitu meneliti dampak gerhana terhadap aktivitas geomagnet,” tandas Johan.
Johan menyebut pihaknya berharap penelitian-penelitian itu dapat memberikan informasi mengenai dampak gerhana yang dapat berpengaruh pada teknologi-teknologi di Bumi yang berbasis teknologi antariksa, seperti navigasi dan telekomunikasi.
“Pengujian ini sangat penting untuk mengetahui seberapa baik model yang ada sehingga dampak negatif cuaca antariksa dapat diantisipasi secara akurat,” pungkas Johan.
(tim/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com