Mengenal John McFall, Astronaut Difabel Pertama di Dunia

John McFall, yang merupakan difabel, menjadi salah satu dari 17 kandidat yang dipilih dari 22.500 pelamar untuk menjadi astronaut Badan Antariksa Eropa (ESA).

Jakarta, CNN Indonesia

John McFall, seorang difabel, menjadi salah satu dari 17 kandidat yang dipilih dari 22.500 pelamar untuk bergabung dengan kelas astronaut Badan Antariksa Eropa (ESA).

Ia menjadi bagian dalam “Proyek Kelayakan Parastronaut” ESA, yang menurut badan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan opsi memasukkan astronot penyandang difabel dalam penerbangan luar angkasa manusia di masa depan.

Para kandidat itu kini akan menyelesaikan satu tahun pelatihan dasar dalam teknologi ruang angkasa, sains, dan kedokteran di Pusat Astronaut Eropa di Cologne, Jerman sebelum diberangkatkan ke Stasiun Internasional Luar Angkasa (ISS).

Meskipun pada tahap ini tidak ada jaminan McFall akan dikirim ke luar angkasa, lembaga antariksa mengatakan akan berkomitmen untuk mengusahakan seserius mungkin mewujudkan peluncuran.

McFall yang kehilangan kaki kanan dalam kecelakaan sepeda motor di usia 19 tahun itu merupakan mantan peraih medali perunggu lari 100 meter saat mewakili Inggris di Paralympic Games Beijing pada 2008.

Pejabat ruang angkasa Eropa menggunakan istilah “parastronaut” untuk merujuk pada orang-orang yang secara psikologis, kognitif, teknis, dan profesional memenuhi syarat untuk menjadi astronot, tetapi memiliki cacat fisik.

Melalui studi teknis, lewat simulasi luar angkasa ESA berharap partisipasi McFall dalam program ini memungkinkan ESA menentukan apa yang diperlukan untuk mengirim penyandang disabilitas fisik ke luar angkasa.

“Sebagai orang yang diamputasi, saya tidak pernah berpikir menjadi astronaut adalah suatu kemungkinan,” kata McFall dalam sebuah wawancara di situs ESA.

McFall juga mengatakan dia ingin menemukan jawaban atas pertanyaan praktis yang diajukan dengan mengirim seorang penyandang cacat fisik ke luar angkasa, seperti apa yang terjadi di tungkai bawah manusia difabel karena gravitasi mikro hingga respons sisa anggota tubuh.

Pria yang memiliki tiga anak itu akan bergabung dengan lima astronaut karier dan 11 astronaut cadangan. Ini adalah pertama kalinya ESA merekrut penjelajah luar angkasa kelas baru untuk bergabung dengan barisannya sejak 2009.

Daftar 17 kandidat yang dipilih oleh ESA tahun ini juga mencakup dua wanita, Sophie Adenot dari Prancis dan Rosemary Coogan dari Inggris, menurut laporan the Washington Post.

Awal tahun ini, ESA mengumumkan astronaut Italia Samantha Cristoforetti akan menjadi astronaut wanita Eropa pertama yang bertugas sebagai komandan di ISS, setelah astronaut NASA Peggy Whitson menjadi komandan wanita pertama di stasiun itu dalam sejarahnya.

ESA juga mengumumkan 22 negara anggota berkomitmen meningkatkan anggaran badan tersebut sebesar 17 persen, setara dengan 16,9 miliar euro ($ 17,6 miliar) selama tiga tahun ke depan, untuk eksplorasi orbit rendah Bumi, Bulan dan Mars.

Sebelumnya, ESA memulai program perekrutan astronaut difabel pertama dunia pada Januari 2021. Perekrutan itu adalah penyandang disabilitas untuk menjadi astronaut yang pertama di dunia.

Kepala ESA Josef Aschbacher mengatakan pihaknya saat ini sedang mencari 22 orang calon astronaut, dan sejauh ini telah menerima sekitar 22.000 pelamar untuk program luar angkasa tersebut.

ESA menyebut akan mengembangkan teknologi yang memastikan para penyandang disabilitas berperan penuh dalam program angkasa, salah satunya turut menjadi bagian dari misi di ISS.

Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, juru bicara lembaga antariksa AS NASA Dan Huot mengatakan pihaknya mengikuti proses seleksi ini dengan antusias. Namun, dia mencatat bahwa “kriteria seleksi NASA saat ini tetap sama.”

“Untuk keselamatan kru maksimum, persyaratan NASA saat ini meminta setiap anggota kru bebas dari kondisi medis yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berpartisipasi, atau diperparah oleh, penerbangan luar angkasa, seperti yang ditentukan oleh dokter NASA,” kata Huot kepada AP.

(can/arh)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com