Mengenal Hive, Medsos Hibrida Alternatif ‘Twitteran’ selain Mastodon

Hive jadi salah satu medsos alternatif jika sudah jengah dengan Twitter. Apa beda atau keunggulannya dibanding alternatif lain seperti Mastodon?

Jakarta, CNN Indonesia

Hive jadi salah satu platform alternatif yang kebanjiran pengguna usai pengambilalihan Twitter oleh miliarder Elon Musk pada akhir Oktober. Apa bagusnya?

Dikutip dari TechCrunch, sejumlah pengguna melarikan diri ke platform microblogging open source seperti Mastodon dan komunitas khusus seperti CounterSocial lantaran khawatir terhadap kebijakan Musk di Twitter.

Musk sendiri mengeluarkan sejumlah kebijakan radikal di Twitter. Mulai dari memangkas lebih dari separuh karyawan, mengubah aturan moderasi alias sensor konten, mengacak-acak akun centang biru, hingga menghidupkan kembali akun-akun kontroversial, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump.

Kini, aplikasi sosial lain bernama Hive mengalami peningkatan pendaftaran sebagai respons atas pergolakan di Twitter. Aplikasi ini berada di 20 besar App Store Amerika Serikat setelah lonjakan selama akhir pekan karena situasi di Twitter.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Kassandra Pop yang saat itu berusia 22 tahun, Hive bukanlah tiruan Twitter yang ‘plek-plekan’.

Alih-alih menjadi aplikasi sosial yang berfokus pada Gen Z, platform itu merupakan penggabungan konsep dari berbagai jejaring sosial, termasuk Instagram, Twitter, dan bahkan MySpace.

Aplikasi ini juga tidak hanya berbasis timeline seperti halnya Twitter, melainkan terdiri dari umpan utama hingga pengguna Hive dapat menjelajahi minat mereka di berbagai komunitas berbasis topik obrolan.

Pengguna bisa mengatur topik seperti sains, teknologi, otomotif, musik, mode, hewan peliharaan, kerajinan tangan, buku, perjalanan, permainan, seni, makanan, dan masih banyak lainnya.

Di sini pengguna dapat menyukai, mengomentari, dan memposting ulang konten yang dibagikan, sekilas mirip dengan jejaring sosial lainnya, serta mengklik tagar untuk mempelajari lebih lanjut.

Menurut data dari firma intelijen aplikasi Sensor Tower, sekitar 214.000 dari total 733.000 pengguna sudah aktif di Hive, baik itu pengguna di iOS dan Android.

Penghitungan pengguna dari Data.ai sebagian besar senada dengan Sensor Tower. Setidaknya ada 720.000 lebih pengguna per data 20 November, tetapi melihat jumlah pengguna yang tinggi berasal dari AS.

Aplikasi melihat lonjakan lain dalam pendaftaran mulai hari Jumat lalu dan berlanjut selama akhir pekan.

Data Sensor Tower menunjukkan Hive memperoleh sekitar 144 ribu pengguna baru selama beberapa hari terakhir, yaitu pada Jumat, 18 November hingga Minggu, 20 November 2022.

Aplikasi ini juga merupakan aplikasi nomor 3 dalam kategori Jejaring Sosial AS pada saat penulisan, menurut laporan Sensor Tower dikutip dari CNN.

Berdasarkan postingan Hive di TikTok, aplikasi tersebut sempat mogok pada akhir pekan saat 80 ribu orang lainnya mendaftar.

Sampai pagi ini, Hive melaporkan aplikasi tersebut sekarang memiliki total “hampir 900 ribu” pengguna yang mendaftar.

Akhir pekan ini bukan pertama kalinya Hive melihat tingginya pengguna baru. Hive juga melihat lonjakan singkat dalam unduhan pada Februari 2021, ketika memperoleh 439.000 pemasangan baru, 64 persen di antaranya berasal dari AS.

Lonjakan ini dapat dikaitkan dengan keputusan pendiri untuk membayar influencer TikTok membuat konten video, yang menghasilkan sekitar 250 ribu pendaftaran dalam hitungan hari.

(can/arh)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com