Pengiriman ribuan detonator atau pemicu bahan peledak dalam kardus mi instan di Perairan Situbondo pada Rabu (9/11) lalu. Apa saja sebenarnya yang bisa dilakukan oleh alat ini?
Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Pol. Dirmanto mengatakan pihaknya menangkap seorang pelaku yang diduga hendak mengirimkan 5.000 detonator bom ikan yang dibungkus dua buah kardus mi instan berisi.
Ia juga mengklaim pengiriman bom ikan tersebut tidak terkait dengan dugaan aksi terorisme di KTT G20 Bali.
Dilansir dari MNK, detonator adalah alat yang digunakan untuk memicu peledak. Umumnya, detonator diinisiasi secara mekanis atau elektrik meski ada pula yang bisa dipicu secara kimiawi.
Sebagian besar bahan utama detonator adalah bahan yang disebut senyawa ASA yang terbentuk dari timbal azida, timah styphnate, dan aluminium yang dipadatkan ke dasar wadah.
Dasar wadah ini biasanya berisi Trinitrotoluene (TNT) atau tetril untuk detonator militer dan Pentaerythritol tetranitrate (PETN) di detonator komersial.
Detonator sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yakni detonator non-elektrik, elektrik, dan detonator elektronik.
Sebuah detonator non-elektrik dirancang untuk memulai ledakan tanpa menggunakan kabel listrik. Sebuah detonator non-elektrik mencakup perangkat yang menggunakan kabel detonasi, sistem tabung kejut atau detonator sekering pengaman, atau kombinasi dari semuanya.
Sementara itu, sebuah detonator elektrik menggunakan arus elektrik untuk memulai detonasi. Arus elektrik dari kabel atau konektor utama detonator menyalakan api secara elektrik yang kemudian menyalakan elemen piroteknik pada muatan dasar detonator. Lalu, elemen piroteknik terbakar dengan kecepatan yang telah diperhitungkan.
Elemen piroteknik sendiri adalah zat atau campuran zat yang dirancang untuk menghasilkan efek panas, cahaya, suara, gas/asap, atau kombinasi dari semuanya.
Jumlah dan komposisi elemen piroteknik mengontrol perkiraan laju pembakaran dan waktunya. Dikarenakan perkiraan tingkat pembakaran dapat berubah-ubah, akurasi waktu detonator elektrik dapat terpengaruh.
Sistem detonator elektrik biasanya mencakup mesin peledak yang mengalirkan arus elektrik ke detonator, penguji sirkuit, seperti galvanometer blaster yang digunakan untuk memeriksa kontinuitas dan resistansi masing-masing detonator, serta seluruh sirkuit elektrik.
Berbeda dengan detonator elektrik, sistem detonator elektronik tidak memiliki elemen piroteknik. Sistem detonator elektronik dirancang untuk menggunakan komponen elektronik untuk mengirimkan sinyal ledakan dengan perintah yang divalidasi dan komunikasi yang aman ke setiap detonator.
Dengan metode ini, detonator tidak dapat dinyalakan dengan cara lain.
Biasanya, setiap detonator memiliki microchip untuk mengontrol waktu urutan dan chip sirkuit terpadu serta kapasitor. Perangkat tersebut tersedia secara internal pada setiap detonator untuk mengontrol waktu inisiasi.
Dilansir dari situs Federal Register Amerika Serikat (AS), detonator elektronik memungkinkan perhitungan waktu yang tepat antar-ledakan untuk memastikan energi ledakan digunakan untuk memecahkan batu, meminimalisir terjadinya kehilangan energi.
(lom/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com