Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah pakar berhasil mendeteksi lubang hitam tertua di galaksi dengan memanfaatkan Teleskop James Webb. ‘Monster’ antariksa itu disebut memiliki massa 10 kali lebih berat daripada Matahari.
Dilansir Live Science, lubang hitam itu ditemukan di pusat galaksi yang ‘masih kecil’ dengan usia 570 tahun setelah Semesta tercipta. Lubang hitam itu pun bisa saja hanya satu dari sekian banyak lubang hitam yang kian membesar selama kelahiran kosmik (cosmic dawn).
Cosmic dawn merupakan periode yang dimulai 100 juta tahun setelah Big Bang ketika semesta yang masih muda bersinar selama miliaran tahun.
Penemuan lubang hitam tertua di dunia ini sudah dituliskan para pakar via ArXiv. Namun riset ini belum melewati proses penelaahan sejawat (peer review).
“Ini adalah yang pertama yang ditemukan di fase redshift (sebuah saat di masa setelah Big Bang), tetap seharusnya lubang hitam ini jumlahnya ada banyak,” kata pemimpin studi ini, Rebecca Larson, astrofisikawan dari University of Texas at Austin.
“Kami benar-benar berharap bahwa lubang hitam ini tidak sekadar terbentuk, baru-baru ini. Alhasil, seharusnya ada lubang hitam yang lebih muda dan eksis lebih dini di Semesta. Kami hanya baru mulai untuk dapat mempelajari masa ini dalam sejarah kosmik dengan JWST,” katanya menambahkan.
Lubang hitam terbentuk dari bintang besar yang bertabrakan dan tumbuh dengan cara melahap gas, debu, bintang, dan lubang hitam lain.
Saking rakusnya, gesekan di Lubang hitam menyebabkan material yang berputar ke atas memanas dan memancarkan cahaya yang dapat dideteksi oleh teleskop dan mengubahnya menjadi nukleus aktif galaktik (AGN).
Lubang hitam yang paling ekstrem adalah para kuasar, lubang hitam berukuran luar biasa yang miliaran kali lebih berat daripada Matahari dan memancarkan ledakan cahaya triliunan kali lebih terang daripada bintang yang paling terang.
Cara deteksi
Untuk mendeteksi lubang hitam, para astronom memindai langit dengan dua kamera inframerah yakni Mid-Infrared Instrument (MIRI) dan Near Infrared Camera. Kemudian, mereka menggunakan spektograf pada kamera untuk memecah cahaya ke dalam komponen frekuensinya.
Dengan merekonstruksi cahaya samar yang berasal dari awal Semesta, mereka menemukan lonjakan tak terduga di antara frekuensi yang terkandung dalam cahaya – tanda kunci bahwa materi panas di sekitar lubang hitam memancarkan jejak radiasi samar ke seluruh alam semesta.
Hingga saat ini, para pakar masih belum mengetahui penyebab terbentuknya lubang hitam dan bagaimana mereka bisa tumbuh. Namun, ada dua teori utama tentang bagaimana lubang hitam tumbuh sangat cepat setelah Big Bang.
Pertama, lubang hitam adalah sisa-sisa dari bintang besar yang terbentuk lebih cepat daripada yang diketahui saat ini. Kedua, awan yang mengepul dari gas yang sangat padat tiba-tiba runtuh untuk membentuk singularitas yang memakan segalanya dalam ruang-waktu.
“Metode kehancuran langsung akan dimulai dengan jumlah material yang lebih besar di galaksi yang langsung bertabrakan ke dalam lubang hitam,” ucapnya.
“Keruntuhan itu kurang meyakinkan, tetapi cuma membutuhkan sedikit waktu dan tidak ada banyak waktu tersedia di saat kita mengobservasinya,” imbuh Larson.
Ia pun menyinggung Population III Star, yang merupakan kategori bintang yang dihipotesiskan pertama kali ada di alam semesta.
Bintang jenis ini cuma terbuat dari hidrogen dan helium saja untuk kemudian meledak dan menyisakan lubang hitam sekitar 200 juta tahun setelah Big Bang.
“[Bintang ini] kemudian mengumpulkan banyak materi dengan cukup cepat dan kadang-kadang pada tingkat yang lebih cepat dari yang stabil,” lanjut Larson, sambil menambahkan bahwa ukurannya lantas membengkak hingga seperti yang diamati para peneliti saat ini.
Para peneliti sekarang akan mulai bekerja bersama tim yang membangun MIRI untuk memindai tanda cahaya yang lebih kuat dari galaksi yang jauh. Emisi tersebut dapat berisi petunjuk lebih lanjut tentang bagaimana lubang hitam misterius terbentuk di pusat galaksi.
(lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com