Jakarta, CNN Indonesia —
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menyebut, lisensi dan paten lebih penting untuk peneliti ketimbang hasil inovasi. Menurutnya, hal itu lantaran lisensi dan paten lebih memberi “dampak ekonomi” terhadap peneliti.
“Hasil inovasi, periset itu jangan ditanya hasilnya tapi lisensinya, patennya apa. Kalau dia ditanya inovasi dia bikin launching-launching aja tapi apa betul itu jadi masuk industri?” Kata Handoko menjawab pertanyaan soal inovasi di masa dua tahun kepemimpinannya sebagai Kepala BRIN, Jumat (10/2).
Presiden Joko Widodo melantik Laksana Tri Handoko menjadi Kepala BRIN pada 28 April 2021. Ia dilantik bersamaan dengan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) dan Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi.
Dengan demikian saat ini Handoko menjabat hampir dua tahun sebagai kepala lembaga riset raksasa di tanah air.
Pelantikan Handoko berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 19M/2021. Tugas, fungsi dan wewenang BRIN tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 78 Tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Pada Pasal 3 BAB III, BRIN bertugas antara lain “membantu presiden dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran dan penyelenggaraan keantariksaan secara nasional yang terintegrasi, serta melakukan monitoring, pengendalian, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BRIDA.”
Handoko menjelaskan saat ini BRIN tidak gemar melakukan peluncuran atau launching inovasi lantaran lisensi riset bisa lebih menghasilkan royalti untuk para peneliti di BRIN.
Dengan demikian para peneliti tidak dikejar-kejar tenggat akibat didorong oleh launching inovasi.
“Lebih baik langsung datengin aja lab nya. Kita tiap tahun memberi royalti ke teman-teman yang sudah melisensi. Itu jauh lebih konkrit dan memberi dampak ekonomi lebih riil daripada launching-launching saja,” tuturnya.
Handoko mencontohkan penelitian vaksin untuk Covid-19 yaitu vaksin Merah Putih. Ia menilai lewat pengembangan itu memberikan pembelajaran yang sangat bagus karena tidak berorientasi kepada peluncuran produk inovasi.
Ia menjelaskan saat ini pengembangan vaksin Merah Putih berada di tahap uji coba kepada hewan dan belum masuk ke tahap uji praklinis, sehingga bukan tidak mungkin penelitian itu bisa diproduksi oleh perusahaan farmasi.
“Semua fasilitas itu kita open untuk farmasi sehingga tidak ada lagi alasan tidak bisa mengembangkan vaksin made in Indonesia,” tuturnya.
Dilansir dari situs resmi BRIN, Handoko mengklaim pada 2022, produktivitas periset BRIN “sangat nyata.” Hal tersbeut bisa dilihat dari pendaftaran kekayaan intelektual baru dan publikasi terindeks global.
Selain itu pada BRIN telah mengeksekusi secara penuh seluruh program penguatan ekosistem, yaitu penyediaan infrastruktur riset dan inovasi yang terbuka bagi semua pihak, delapan skema mobilitas periset termasuk melanjutkan rekrutmen 500 periset muda berkualifikasi S3, sembilan skema pendanaan riset untuk mendukung aktivitas dari riset di hulu sampai dengan pengembangan produk berbasis riset di industri, serta peningkatan kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak di dalam maupun luar negeri.
“Sepanjang 2022, peningkatan produktivitas periset sangat nyata. 560-an kekayaan intelektual baru telah didaftarkan, 3.000-an publikasi terindeks global telah diterbitkan dengan dampak 26.000-an sitasi. Capaian berdampak lain adalah telah diperoleh 58 lisensi dan alih teknologi ke 350 mitra,” urainya.
Atas capaian tersebut, BRIN memberikan penghargaan kepada 12 periset berprestasi. “Sehingga, penting bagi BRIN memberikan apresiasi bagi insan BRIN yang telah menunjukkan prestasi,” kata Handoko.
Adapun kategori Penghargaan Periset BRIN meliputi 12 Organisasi Riset yang ada di lingkungan BRIN, yakni riset terkait penerbangan dan antariksa; tenaga nuklir; energi dan manufaktur; kebumian dan maritim; hayati dan lingkungan; elektronika dan informatika; Ilmu pengetahuan sosial humaniora; arkeologi, bahasa, dan sastra; kesehatan; nanoteknologi dan material; pertanian dan pangan; tata kelola pemerintahan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
(can/lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com