Kenapa Kerusakan Gempa Turki Sangat Luas?

Gempa di Turki disebut bisa memicu gempa dahsyat di belahan dunia yang lain. Benarkah demikian?

Jakarta, CNN Indonesia

Pakar kegempaan dari Departemen Ilmu Bumi Universitas Durham, Jenny Jenkins punya penjelasan soal kerusakan gempa Turki dan Suriah, Senin (6/2) yang sangat luas. Simak penjelasannya di bawah ini. 

Gempa di Turki dan Suriah terjadi pada Senin (6/2) dengan magnitudo 7,8 dari skala 10. Gelombang seismik pun ditangkap oleh sensor di seluruh dunia termasuk tempat-tempat yang jauh seperti Inggris.

Jenny menjelaskan daerah Turki adalah rawan gempa bumi karena terletak di persimpangan tiga lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi. Di antaranya lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika.

“Pada lempeng Arab bergerak ke utara menuju Eropa, menyebabkan lempeng Anatolia yang berada di perbatasan Turki-Suriah terdorong ke arah barat,” tulis Jenkins seperti dikutip dari The Conversations. 

Pergerakan lempeng tektonik menyebabkan tekanan pada zona patahan di perbatasannya. Pelepasan tekanan secara tiba-tiba inilah yang menyebabkan gempa bumi dan getaran pada tanah.

Gempa terbaru kata Jenny, kemungkinan besar terjadi di salah satu patahan besar yang menandai batas antara lempeng Anatolia dan Arab, yaitu patahan Anatolia Timur atau patahan Transformasi Laut Mati.

“Mekanisme pergerakan lempeng dari merupakan “strike-slip faults”, yang berarti lempeng-lempeng tersebut saling bergerak melewati satu sama lain,” tulisnya. 

Sebenarnya, wilayah perbatasan ini terbilang sering diguncang gempa yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Namun, gempa Senin lalu dianggap sangat besar dan merusak karena begitu banyak energi yang dilepaskan.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan hanya tiga gempa bumi yang lebih besar dari 6 yang terjadi dalam jarak 250 kilometer dari lokasi ini sejak tahun 1970.

Dengan magnitudo 7,8, gempa 6 Februari tersebut secara signifikan lebih besar daripada yang pernah dialami Turki. Gempa itu juga melepaskan energi lebih dari dua kali lipat dari gempa bumi dengan magnitudo 7,4 yang terjadi sebelumnya.

Lebih lanjut Jenny mengungkapkan setelah terjadi gempa bumi besar, pasti akan ada banyak gempa bumi kecil yang dikenal sebagai gempa susulan karena kerak bumi menyesuaikan diri dengan perubahan tekanan.

Hal ini dapat berlanjut selama berhari-hari hingga bertahun-tahun setelah peristiwa awal.

“Kita cenderung berpikir energi gempa bumi dihasilkan dari satu lokasi tunggal atau episenter. Namun sebenarnya, hal itu disebabkan oleh pergerakan di sepanjang area patahan,” tulis Jenny seperti dikutip Science Alert. 

“Semakin besar gempanya, semakin besar area patahan yang bergerak. Untuk gempa seperti magnitudo 7,8, ada kemungkinan pergerakan di area sekitar 190 km memanjang dan 25 km melebar. Itu artinya, guncangan akan dirasakan di area yang sangat luas,” tulisnya lagi. 

Dalam 12 jam pertama setelah gempa awal di Turki tenggara, sudah ada tiga gempa bumi lain yang berkekuatan di atas 6,0 mengguncang wilayah tersebut.

Pertama adalah gempa m 6,7 yang terjadi hanya 11 menit setelah guncangan pertama, dan ada ratusan gempa susulan yang lebih kecil.

Kemudian di pagi hari berkekuatan 7,5 yang sangat besar terjadi lebih jauh ke utara pada sistem patahan yang berbeda tetapi berdekatan: Patahan Sürgü.

“Guncangan setelah gempa biasanya secara signifikan lebih kecil daripada gempa utama. Namun mereka dapat menghasilkan kerusakan yang luar biasa: kerusakan infrastruktur yang kemudian menyulitkan upaya penyelamatan,” katanya. 

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com