Kenapa 4 Ilmuwan Bisa Dapat Habibie Awards 2022?

Empat ilmuwan, dua di antaranya perempuan berhasil menerima Habibie Awards 2022. Mengapa demikian?

Jakarta, CNN Indonesia

Empat ilmuwan mendapat penghargaan Habibie Prize karena dianggap berkontribusi aktif di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi. Siapa saja mereka?

Penerima Habibie Prize pertama adalah Ika Dewi Ana dari Departemen Ilmu Biomedika Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM). Ika menerima penghargaan di bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi.

Mengutip situs resmi UGM, Ika merupakan seorang dokter gigi dan master dalam bidang kedokteran. Ika menamatkan studinya di universitas yang sama yakni UGM.

Ika meraih gelar doktor pada tahun 2004 dari Universitas Kyushu, Jepang. Setelah itu ia melanjutkan penelitian pascadoktoral di Radboud Universiteit Nijmegen (Belanda) dan di Institute for Frontier Medical Sciences, Universitas Kyoto (Jepang).

Ika juga tercatat mempublikasikan banyak karya ilmiah di jurnal-jurnal internasional terindeks seperti Acta Biomaterialia, Journal of Biomedical Materials Research Part A, dan Biomaterials. Tak hanya itu, Ika juga memiliki empat paten, salah satunya “telah dimanfaatkan oleh para ahli bedah mulut dan maksilofasial, ahli implant, dan dokter gigi di seluruh Indonesia”.

Ilmuwan kedua yang menerima Habibie Prize adalah Ocky Karna Radjasa dari Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN. Ia menerima penghargaan di bidang Ilmu Dasar.

Dikutip dari situs resmi LIPI, Ocky pernah menjabat sebagai staf Ahli Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama (2010-2013), Ketua UPT Laboratorium Terpadu, Universitas Diponegoro (2012-2013), Ketua LPPM Universitas Diponegoro (2013), dan Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan dalam Tim Penyusun Renstra Undip (2014-2019).

Ocky merupakan alumni Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman. Ia kemudian menyelesaikan program MSc di bidang mikrobiologi di Ontario, Kanada pada tahun 1994, dan melanjutkan program PhD di Department of Aquatic Biosciences, University of Tokyo, Jepang di bidang mikrobiologi laut.

Sementara itu, penghargaan bidang Ilmu Rekayasa jatuh kepada Riri Fitri Sari dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Melansir situs staf UI, Riri merupakan profesor di bidang teknik komputer serta alumni teknik elektro UI.

Riri lalu menempuh studi master di Universitas Atmajaya bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Di waktu yang sama, Riri juga menuntaskan studi di Universitas Sheffield bidang Software Systems and Parallel Processing.

Setelahnya, Riri mengambil studi PhD bidang Computer Network dari School of Computing, Universitas Leeds, Inggris. Risetnya adalah soal Active Networks-based Congestion Control Protocols.

Penerima terakhir adalah Naufan Noordyanto dari Departemen Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital, Institut Teknologi Sepuluh November. Ia menerima penghargaan di bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.

Melansir situs Revolusi Mental, Naufan dikenal lewat karya-karya posternya yang telah “melanglang buatan di 40 negara. Pria kelahiran Madura, 5 April 1990 ini merupakan tamatan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Naufan sering diundang menjadi pembicara atau juri di berbagai kegiatan seni dan desain skala nasional maupun internasional. Tercatat, ia pernah berpartisipasi dalam Virus is Over Taiwan Global Anti Virus Graphic Design Exhibition 2020 yang diinisiasi oleh Kaohsiung Creators Association, Taiwan;The First International Image Meeting 2020: Verne And The Right To Imagine yang diinisiasi oleh Red Internacional de Creadores Visuales (RINC), Meksiko; serta International Design Cup 2018, Kirgystan-Rusia.

Gembira

Menanggapi penghargaan ini, Ketua Yayasan SDM Iptek, Wardiman Djojonegoro mengaku gembira.

“Kami dari keluarga besar Bapak B.J. Habibie dan Yayasan SDM Iptek sangat menghargai dan merasa senang dan tentunya bersuka cita atas pengambilalihan penganugerahan tersebut oleh BRIN dengan skala yang lebih bersifat nasional,” kata Wardiman seperti dikutip situs resmi BRIN.

Di sisi lain, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengungkapkan, Habibie Prize akan terus dilanjutkan pada tahun yang akan datang. “Kami berkomitmen melanjutkan legasi dari Bapak B.J. Habibie khususnya terkait Habibie Award yang sekarang menjadi Habibie Prize,” ujar Handoko.

“Meskipun penyelenggaraan Habibie Prize diselenggarakan oleh BRIN, namun dipastikan BRIN tidak ikut campur dalam penilaian, dan independensi tetap terjaga,” lanjutnya.

Ada beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan para juri. Kriteria tersebut adalah kapasitas SDM, aspek pengelolaan karya, invensi, dan/atau inovasi. Aspek jejaring dan kolaborasi IPTEK, dan outcome serta impact juga dipertimbangkan.

Sedangkan tahapannya meliputi tujuh hal yakni pengumuman dan sosialisasi, pendaftaran, seleksi administrasi, seleksi substansi berdasarkan bidang keilmuan yang ditentukan, pleno penetapan penerima Habibie Prize oleh dewan juri, dan penetapan penerima Habibie Prize.

[Gambas:Video CNN]

(lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com