James Webb Pamer Pesona ‘Cincin Debu’ di Bintang Fomalhaut

Teleskop James Webb sukses menguak misteri yang ada di bagian dalam sabuk Fomalhaut, termasuk cincin asteroid dan materinya.

Jakarta, CNN Indonesia

Teleskop James Webb (JWST) menguak pesona dan materi dua sabuk asteroid yang mengelilingi bintang muda Fomalhaut.

Para astronom menemukan Fomalhaut pertama kali pada 1983 menggunakan satelit Infrared Astronomical milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Mereka juga berhasil mencitrakan sabuk luar Fomalhaut menggunakan Teleskop Hubble, Herschel Space Observatory, dan Atacama Large Milimeter/submiliimeter Array (ALMA).

Namun, tidak ada satu pun dari instrumen tersebut yang mampu menguak struktur bagian dalam atau interior sabuk tersebut. Misteri itu baru terpecahkan dengan menggunakan teleskop James Webb.

“Keunggulan JWST adalah teleskop itu mampu membuat kami secara fisik mengatasi cahaya termal dari debu di wilayah dalam tersebut. Alhasil, Anda dapat melihat sabuk bagian dalam yang tidak pernah kami lihat sebelumnya,” kata Schuyler Wolff, anggota tim studi ini, dilansir Space.

Sistem cincin Fomalhaut terdiri dari tiga sabuk yang membentang sekitar 23 juta kilometer atau 150 juta kali jarak antara Matahari dan Bumi. Susunan material di cincin tersebut pun lebih kompleks daripada Sabuk Kuiper milik Neptunus, atau sabuk asteroid yang ada di antara Jupiter dan Mars.

Para astronom menduga sabuk debu di sekitar bintang muda tersebut sebagai reruntuhan dari tabrakan antara asteroid dan komet.

Oleh karenanya, mereka merujuk sabuk itu sebagai ‘piringan debu’. Piringan tersebut berbeda dengan piringan protoplanet, yang menyimpan materi kemudian menyatu membentuk planet. Piringan debu terbentuk setelah itu, setelah planet berada di tempatnya.

“Saya akan menggambarkan Fomalhaut sebagai arketipe piringan debu yang ditemukan di mana pun di galaksi kita karena ia memiliki komponen yang mirip dengan yang ada di sistem planet kita,” kata Andras Gaspar dari University of Arizona selaku pemimpin studi ini.

“Dengan melihat pola di cincin ini, kita benar-benar dapat memulai sketsa kecil tentang penampakan sistem planet. Jika kita benar-benar dapat bisa mengambil gambar yang dalam untuk melihat planet yang diduga,” katanya menambahkan.

Melansir situs Badan Antariksa Eropa (ESA), sabuk di bintang Fomalhaut ini bisa terlihat dengan mata telanjang dari Bumi. Pasalnya, dia merupakan bintang paling terang di konstelasi Piscis Austrinu.

Sabuk ini sendiri diduga dibentuk oleh tarikan gravitasi dari planet yang tidak terlihat. Hal itu mirip dengan Jupiter yang mengikat Sabuk Kuiper atau sabuk asteroid di sekitar Jupiter.

Ke depannya, para astronom berharap bisa menggunakan JWST untuk mendapatkan foto serupa dari bintang-bintang lain di galaksi.

“Dengan Hubble dan ALMA, kita dapat mencitrakan sekumpulan analog Sabuk Kuiper dan kita telah belajar banyak soal bagaimana piringan bagian luar terbentuk dan berevolusi,” kata Wolff.

“Tetapi kita butuh JWST untuk mencitrakan lusinan atau lebih sabuk asteroid di mana pun. Kita bisa belajar banyak tentang wilayah hangat di dalam cakram ini seperti yang diajarkan Hubble dan ALMA kepada kita tentang wilayah luar yang lebih dingin,” tandasnya.

(lth)





Sumber: www.cnnindonesia.com