Jakarta, CNN Indonesia —
Ilmuwan membuat teknologi pencetak kulit manusia dari mesin yang terbuat dari mainan Lego. Simak metodenya berikut.
Mesin tersebut dibuat oleh sejumlah peneliti dari Cardiff University yang di antaranya beranggotakan Sion Coulman, Chris Thomas, dan Oliver Castell.
Mereka membuat mesin ini sebagai alternatif murah mesin bioprinter. Pasalnya, mesin bioprinter normal memiliki harga yang sangat mahal, mencapai puluhan hingga ratusan ribu dolar.
Sementara, mesin yang dibuat dari Lego ini hanya membutuhkan biaya sekitar US$624 atau Rp9,4 juta.
“Kami mengerjakan bioprinter kami sendiri yang terjangkau dan berspesifikasi tinggi di sudut laboratorium Cardiff kami menggunakan komponen standar Lego, sub-merek mekanis mereka, Lego Mindstorms, dan pompa laboratorium, yang merupakan perangkat yang biasa ditemukan di laboratorium penelitian.
Sebuah tim multidisiplin yang terdiri dari para insinyur dan ahli biologi bekerja sama untuk merancang, merekayasa, membuat, dan memprogram bioprinter kami,” tulis para peneliti tersebut, dikutip dari The Conversation.
Meski masih dalam tahap awal, para peneliti menyebut bioprinter mencapai tingkat presisi yang diperlukan untuk menghasilkan bahan biologis yang halus.
Mesin cetak 3D ini bekerja dengan sebuah nosel yang mengeluarkan zat seperti gel, yang penuh dengan sel, ke atas piringan. Inti dari perangkat ini adalah komputer mini Lego Mindstorms.
Perangkat tersebut menggerakkan piringan ke belakang dan ke depan serta dari satu sisi ke sisi lainnya sambil menggerakkan nozel ke atas dan ke bawah secara mekanis saat mengeluarkan gel yang penuh dengan sel.
Gerakan yang dapat diprogram ini membangun lapisan-lapisan sel untuk meniru struktur 3D jaringan manusia, lapis demi lapis.
Dikutip dari Science Alert, bioprinter dari para peneliti ini sekarang digunakan untuk membuat lapisan sel kulit, dan tengah bekerja menuju model kulit skala penuh.
Alat ini juga dapat dimodifikasi dengan menggunakan berbagai jenis nozel untuk mencetak berbagai jenis sel hingga dalam sampel jaringan yang rumit.
Para peneliti menyebut penelitian ini adalah kesempatan yang menarik untuk meniru kulit yang sehat dan yang sakit, serta untuk melihat perawatan yang ada dan merancang terapi baru untuk mengobati berbagai penyakit kulit.
Bioprinter yang dibuat para peneliti ini disebut dapat memberikan model akurat dari kulit manusia. Selain itu, hasilnya dapat digunakan untuk menambahkan sel-sel yang sakit ke model sehat yang diproduksinya.
Teknologi ini memungkinkan mereka untuk mempelajari bagaimana kondisi kulit berkembang dan bagaimana sel sehat dan sel yang sakit berinteraksi.
Tak hanya itu, biopriter itu juga memungkinkan mereka melihat bagaimana penyakit kulit berkembang dan potensi pengobatan dapat dikembangkan.
Mengambil sampel jaringan manusia untuk investigasi biologis tidak selalu mudah. Meski secara etis sampel tersebut diperoleh melalui donasi organ atau dari jaringan yang diambil selama prosedur pembedahan, para ilmuwan menyebut itu semakin sulit didapat.
Bukan hanya soal pasokan sampel jaringan manusia yang terbatas, ada juga keterbatasan ketersediaan ukuran dan jenis sampel jaringan tertentu yang diperlukan untuk banyak proyek yang sedang berlangsung pada waktu tertentu.
Maka dari itu, para peneliti memutuskan untuk mengatasi masalah tersebut dengan membuat bioprinter sendiri yang murah dan mudah diakses serta mampu membuat sampel jaringan manusia dengan memanfaatkan salah satu mainan paling populer di dunia.
(lom/lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com