Jakarta, CNN Indonesia —
Hogwarts Legacy, video game terbaru hasil kolab Avalanche dan Warner Bros. Discovery, perusahaan memecahkan sejumlah rekor sekaligus menuai kontroversi jelang perilisannya malam ini.
Dikutip dari PC Gamer, Hogwarts Legacy akan dirilis secara global pada Jumat (10/2) pukul 10.00 PT atau Sabtu (10/2) pukul 01.00 WIB.
Gim pemain-tunggal (single-player) ini sendiri sudah melalaui proses pembuatan selama lima tahun dengan estimasi anggaran US$150 juta.
Permainan ini memecahkan rekor di layanan streaming Twitch sebagai single-player game yang paling banyak ditonton. Gim ini sendiri sudah dimainkan lebih dulu oleh streamer yang mendapatkannya lebih awal.
Permainan yang sama juga menduduki nomor wahid pre-sale pekan ini di platform game Steam.
“Gim bergaya dunia terbuka (open-world style) ini benar-benar masalah besar dalam industri game,” kata Joost van Dreunen, asisten profesor di Stern School of Business di New York University, dikutip dari CNN.
Ia yang sebelumnya merupakan CEO perusahaan riset pasar game Super Data Research itu juga menyebut “Ekspektasi yang cukup tinggi tidak hanya dari konsumen, tetapi juga dari para pembuat game itu sendiri.”
Warner Bros. sendiri memiliki pengalaman selama 20 tahun dalam membuat video game Harry Potter yang didasarkan pada film. Namun, tak semua game nge-hit, terlepas dari banyaknya fan Harry Potter.
Hogwarts Legacy didasarkan pada semesta Harry Potter meski terjadi pada akhir 1800-an, jauh sebelum era ‘The Boy Who Live’, dan dengan latar di luar Kastil Hogwarts.
Pemainnya memakai avatar penyihir yang menyelesaikan misi untuk mendapatkan keterampilan seperti terbang memakai sapu ajaib.
“Mereka benar-benar merilis beberapa judul besar dan bekerja dengan beberapa waralaba besar, tetapi permainan mereka sukses dan gagal,” kata Dan Martin, manajer umum di videogamesnewyork tentang game Warner Bros.
Rilis game ini pun sempat ditunda dua kali.
Kontroversi
Gim ini menampilkan karakter trans, yang merupakan pertama kalinya untuk waralaba ciptaan J.K. Rowling ini.
Hal itu diduga hadir pada sosok Sirona Ryan. Ia memang tidak secara eksplisit mengatakan sebagai trans. Namun, dialognya dalam sebuah adegan menunjukkan itu
“Butuh sedetik bagi mereka untuk menyadari bahwa saya sebenarnya adalah seorang penyihir wanita (witch), bukan penyihir (wizard),” kata karakter tersebut.
Masalahnya, Rowling sempat menuai kritik keras karena dianggap “mengurangi identitas” Transgender.
“Kehidupan saya dibentuk untuk menjadi perempuan. Saya tidak percaya mengatakan hal itu sebagai bentuk kebencian,” ucapnya pada 2020, dikutip dari BBC.
“Saya kenal dan mencintai kaum trans, tetapi menghapus konsep jenis kelamin menghilangkan kemampuan banyak orang untuk mendiskusikan kehidupan mereka secara bermakna. Bukan kebencian kalau mengatakan kebenaran,” lanjut dia.
Beberapa gamer pun memboikot Hogwarts Legacy karena kontroversi tersebut.
“Ini bukan risiko komersial, melainkan risiko budaya,” kata Joost van Dreunen tentang perilisan game tersebut.
Warner Bros. Discovery mengatakan membuat karakter yang beragam adalah prioritas tinggi untuk menjangkau semua orang yang memainkan game tersebut, termasuk komunitas LGBTQIA+.
Perusahaan mengatakan J.K. Rowling tidak terlibat dalam game Hogwarts Legacy. Namun, Rowling tetap punya royalti lisensi.
Meski begitu, beberapa penggemar Harry Potter tetap tak terpengaruh dengan kontroversi itu.
“Ada saat ketika saya pikir [pernyataan] itu akan mempengaruhi pandangan saya tentang dunia Harry Potter secara keseluruhan, tetapi saya dapat memisahkan situasi dengan JK Rowling dengan dunia Harry Potter,” kata Camila Rodrigues, seorang fan yang mengaku berencana membeli game tersebut.
Terlepas dari kontroversi tersebut, pakar game memprediksi game tersebut bisa dengan mudah mencapai angka penjualan 10 juta kopi.
“Mungkin ada ruang untuk mengembangkan sesuatu yang baru, untuk mengulangi hubungan yang ada dengan basis penggemarnya,” kata van Dreunen.
“Membuatnya menjadi video game produksi besar ini memungkinkan waralaba untuk sedikit menyelamatkan diri dari hambatan yang dialami secara budaya.”
(tim/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com