Jakarta, CNN Indonesia —
Heatwave atau gelombang panas yang melanda beberapa negara dan memakan korban jiwa disebut cuma sebagian efek krisis iklim. Simak paparan ahli soal ngerinya dampak fenomena pemanasan global ini pada dunia.
Suhu di sejumlah negara, seperti India, Thailand, Myanmar, dan Kamboja, belakangan meningkat secara ekstrem hingga menembus 40º celsius.
Dikutip dari CNN, 13 orang bahkan meninggal dunia usai menghadiri upacara di Maharashtra, India. Di Navi Mubai, 50 hingga 60 orang harus dibawa ke rumah sakit akibat gelombang panas.
Dilansir The Diplomat, Direktur Divisi Observasi Meteorologi Thailand Somkhwan Tanchan menyebut suhu maksimum rata-rata ini berlangsung sejak awal April.
Ia juga mengatakan tingkat keparahan “kekeringan yang akan datang” lebih memprihatinkan daripada kekeringan besar pada tahun 2019 dan 2020.
Apa itu heatwave?
Melansir situs Badan Meteorologi Inggris, heatwave merupakan periode cuaca panas yang berkepanjangan relatif terhadap kondisi yang diharapkan dari area tersebut pada waktu itu dalam setahun, yang dapat disertai dengan kelembapan yang tinggi.
Sementara, National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat mendefinisikan heatwave sebagai periode cuaca panas luar biasa yang biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suhu harus berada di luar rata-rata riwayat area tertentu.
Heatwave umumnya terbentuk dari udara yang terjebak. Pada heatwave 2012 di AS, misalnya, udara terjebak mayoritas di wilayah Amerika Utara untuk periode yang lama.
Alih-alih berputar ke seluruh penjuru dunia, udara saat fenomena ini terjadi justru terdiam dan menghangat seperti di dalam sebuah oven. Untuk kasus 2012 ini, hal itu terjadi akibat sistem tekanan tinggi dari Meksiko yang memaksa udara ke bawah.
Gaya ini mencegah udara di dekat tanah naik. Udara yang tenggelam pun bertindak bak topi; menjebak udara daratan yang hangat di tempatnya.
Tanpa udara naik, tidak ada hujan, dan tidak ada yang mencegah udara panas menjadi lebih panas.
Perubahan iklim picu heatwave?
Suhu Bumi sendiri terus meningkat rata-rata 0,08º celsius per satu dekade sejak 1880. Melansir Climate, laju pemanasan suhu sejak 1981 lebih dari dua kali lebih cepat yakni 0,18 derajat celsius per satu dekade.
Ekonom lingkungan Li Lan menyebut heatwave akan lebih sering terjadi lantaran perubahan iklim.
“Perubahan iklim merupakan penyebab utama munculnya heatwave yang lebih ekstrem dan berkala. Menurut Atribusi Cuaca Dunia, apa yang disebut heatwave ekstrem per 100 tahun akan 30 kali lebih mungkin terjadi hari ini dengan tingkat pemanasan global yang ada sekarang,” kata dia, dilansir situs Asian Development Bank (ADB).
“Selain itu, udara yang lebih hangat sering disertai kelembapan dengan menahan dan memindahkan air cair yang menguap dari tanah, tumbuhan, dan lautan ke atmosfer. Kombinasi panas dan kelembapan ekstrem, atau yang disebut suhu ‘bola basah’, membuat gelombang panas lebih berbahaya bagi kehidupan manusia,” ujar Li Lan menambahkan.
Pernyataan Li Lan dibenarkan Friederike Otto, ilmuwan iklim di Imperial College London. “Setiap heatwave yang kita alami sekarang menjadi lebih panas dan akan sering terjadi karena perubahan iklim,” katanya seperti dilansir Reuters.
Situs PBB menyebut paling tidak ada tujuh penyebab utama perubahan iklim:
1) Pembakaran Bahan Bakar Fosil untuk Energi.
2) Industri Manufaktur.
3) Pembabatan hutan.
4) Penggunaan alat transportasi.
5) Industri makanan.
6) Listrik untuk kantor dan rumah.
7) Konsumsi energi berlebihan.
Dampak perubahan Iklim buat manusia
Perubahan iklim tersebut jelas berdampak terhadap kehidupan di Bumi.
Selain gelombang panas atau heatwave, cuaca di Bumi juga lebih ekstrem seperti munculnya badai yang merusak, kekeringan yang meningkat, peningkatan permukaan air laut, punahnya beberapa spesies, kekurangan makanan, kesehatan yang semakin rentan, serta kemiskinan dan kehilangan tempat tinggal.
Mengutip dari situs Bank Dunia, pemanasan suhu di 2-3º celsius mungkin akan menambah lebih dari 150 juta kasus malaria. Itu sama dengan 5 persen peningkatan jumlah orang yang terkena penyakit tersebut.
Peningkatan suhu di beberapa belahan dunia. (NASA)
|
Pada 2030, diprediksi pula akan ada 48 ribu lebih kematian yang terkait diare pada anak berusia di bawah 15 tahun.
Di sektor pangan, perubahan iklim meningkatkan kemungkinan gagal panen sebanyak 4,5 kali lebih tinggi pada 2030 dan meningkat 25 kali lebih tinggi pada 2050. Itu artinya, harga makanan akan 12 persen lebih tinggi di wilayah sub-sahara Afrika.
Kelangkaan air bersih juga menjadi masalah serius. Diprediksi pada 2025, akan ada 5 miliar orang di Bumi yang akan terdampak masalah tersebut, meningkat dari jumlah saat ini yakni 1,7 miliar.
Banyak orang juga akan menjadi pengungsi jika perubahan iklim tidak ditangani dengan baik.
Pada 2050, 216 juta pengungsi iklim akan mengungsi di enam wilayah dunia, dengan tiga teratas berada di sub-Sahara Afrika (86 juta), Asia Timur dan Pasifik (49 juta), Asia Selatan (40 juta).
Dampak heatwave buat hewan dan tumbuhan di halaman berikutnya…
Dampak Heatwave pada Hewan dan Tumbuhan
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sumber: www.cnnindonesia.com