Sejumlah pakar khawatir PHK massal yang dilakukan oleh pemilik baru Twitter, Elon Musk, bakal memperburuk masalah keamanan pada platform sosial media tersebut.
Musk telah memangkas setengah dari 7.500 karyawan Twitter. Padahal, sejumlah karyawan itu bertugas untuk memerangi kesalahan informasi, peniruan identitas, dan pencurian data.
Alhasil, usai eksodus massal itu, akun palsu di Twitter berkembang biak dan peluncuran sistem verifikasi berbayar malah berujung dengan kegagalan.
“Jumlah besar PHK dan pengunduran diri menimbulkan pertanyaan serius tentang moderasi konten dan keamanan data pengguna,” kata Cheyenne Hunt-Majer, dari Public Citizen nirlaba, kepada AFP.
“Sangat penting bahwa (regulator AS) bertindak dengan segera, karena data sensitif pengguna dapat dieksploitasi atau bahkan dicuri mengingat kurangnya staf yang cukup untuk melindunginya secara memadai,” imbuhnya.
Sejumlah pakar menilai Twitter justru telah jatuh ke dalam kekacauan ketika Musk mengakuisisi setelah pembelian blockbusternya senilai USD44 miliar pada akhir bulan lalu.
Musk mengklaim sebagai absolutis kebebasan, tetapi memecat karyawannya yang melontarkan kritik.
Pemilik baru Twitter, Elon Musk. (Foto: Brendan Smialowski / AFP)
|
Tim moderasi konten situs adalah sebagian besar kontraktor outsourcing yang memerangi kesalahan informasi telah dipecat. Selain itu, sejumlah insinyur juga dipecat setelah secara terbuka mengkritik Musk di Twitter atau di papan pesan internal.
Sejumlah merek juga telah menghentikan atau memperlambat pengeluaran iklan di Twitter. Padahal, semua itu merupakan sumber pendapatan terbesar Twitter.
Penyebar misinformasi atau akun yang tidak dapat dipercaya yang menjajakan kepalsuan mengalami lonjakan sebesar 57 persen dalam seminggu setelah Twitter diakuisisi oleh Musk.
Menurut survei NewsGuard, Musk dengan cepat menghancurkan kemampuan Twitter untuk menjaga integritas, kesehatan, dan keamanan platform.
“Jika ada satu pelajaran yang harus diambil oleh semua platform media sosial dari bencana ini, adalah bahwa tanpa melindungi pengguna dari kebencian dan kebohongan, Anda tidak memiliki teman sama sekali,” kata Jessica Gonzalez, co-chief executive officer di grup nonpartisan Free Press.
Direktur eksekutif Pusat Media Sosial dan Politik Universitas New York, Zeve Sanderson, berpendapat hal itu merupakan pukulan keras untuk Twitter.
“Kami pasti bisa melihat lonjakan informasi yang salah, ujaran kebencian, dan konten yang tidak menyenangkan lainnya karena langkah terbaru Musk,” kata Zeve.
“Moderasi konten jauh lebih sulit dilakukan tanpa ada orang di sekitar yang benar-benar melakukan moderasi konten,” imbuhnya.
(yla/wiw)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com