Fakta Mengejutkan ‘Mata Air’ di Bulan, Ada di Permukaan Berupa Butiran

Cadangan air di Bulan ternyata diduga tersebar di permukaannya. Kenapa tak di kedalaman lapisan tanahnya?

Jakarta, CNN Indonesia

Para ahli mengungkap lokasi ‘mata air’ di tersebar Bulan. Tidak seperti bayangan kita tentang mata air, sumber air tersebut tersedia dalam bentuk manik-manik kaca di permukaan.

Mereka menyebut manik-manik kaca kecil itu tersebar di permukaan Bulan dan mengandung miliaran ton air yang berpotensi untuk diekstraksi dan digunakan oleh para astronot dalam misi ke Bulan di masa depan.

Penemuan ini dianggap sebagai salah satu terobosan terpenting bagi badan antariksa yang telah memiliki tujuan untuk membangun pangkalan di Bulan. Pasalnya, temuan ini berarti ada sumber yang sangat mudah diakses, bukan hanya air tetapi juga hidrogen dan oksigen.

“Ini adalah salah satu penemuan paling menarik yang pernah kami lakukan,” kata Mahesh Anand, seorang profesor ilmu pengetahuan dan eksplorasi planet di Universitas Terbuka, seperti dikutip The Guardian.

“Dengan penemuan ini, potensi untuk mengeksplorasi bulan secara berkelanjutan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya,” tambahnya.

NASA dan badan antariksa lainnya bersiap untuk kembali melakukan misi ke Bulan. Terakhir kali, mereka mendarat di satelit alami Bumi itu lebih dari setengah abad yang lalu.

Misi Artemis NASA bertujuan untuk menempatkan wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama di bulan, sementara Badan Antariksa Eropa (ESA) memiliki rencana untuk membangun desa di Bulan.

Keduanya berharap dapat memanfaatkan material Bulan untuk menopang pangkalan luar angkasa mereka.

Sumber mata air pertama kali ditemukan pertama kali oleh Anand dan tim ilmuwan Cina. Mereka menganalisis manik-manik kaca halus dari sampel tanah Bulan yang dibawa ke Bumi pada Desember 2020 oleh misi Chang’e-5 Cina.

Manik-manik, yang berukuran kurang dari satu milimeter ini diketahui terbentuk ketika meteor menabrak Bulan dan menghasilkan tetesan hujan. Butiran-butiran ini kemudian mengeras dan bercampur dengan debu Bulan.

Pengujian terhadap partikel-partikel kaca tersebut menunjukkan partikel-partikel tersebut mengandung air dalam jumlah yang cukup besar, yaitu antara 300 juta hingga 270 milyar ton di seluruh permukaan Bulan.

“Ini akan membuka jalan baru yang selama ini telah dipikirkan oleh banyak orang,” kata Anand.

“Jika Anda bisa mengekstrak air dan mengonsentrasikannya dalam jumlah yang signifikan, Anda tinggal memanfaatkannya,” lanjutnya.

Petunjuk tentang air di Bulan sebetulnya telah ditemukan beberapa puluh tahun lalu. Pada 1990-an, wahana pengorbit Clementine milik NASA menemukan bukti adanya air beku di kawah yang dalam dan curam di dekat kutub Bulan.

Kemudian pada 2009, wahana antariksa Chandrayaan-1 milik India menemukan sesuatu yang tampak seperti lapisan tipis air yang terikat di lapisan permukaan debu Bulan.

Kini penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Geoscience menunjukkan butiran kaca halus sebagai sumber air permukaan tersebut, menambah opsi sumber air di Bulan.

Tidak seperti air beku yang bersembunyi di kawah yang terlindung secara permanen, air ini seharusnya jauh lebih mudah untuk diekstraksi oleh manusia atau robot yang bekerja di Bulan.

“Ini bukan berarti Anda bisa menggoyangkan material tersebut dan air mulai menetes keluar, tetapi ada bukti bahwa ketika suhu bahan ini di atas 100 Celcius, air akan mulai keluar dan bisa dipanen,” kata Anand.

Air ini tampaknya terbentuk ketika partikel berenergi tinggi yang mengalir dari Matahari yang disebut angin Matahari menghantam tetesan air. Angin Matahari mengandung inti hidrogen, yang bergabung dengan oksigen dalam tetesan untuk menghasilkan air atau ion hidroksil.

Zat itu kemudian terkunci di dalam butiran, tetapi dapat dilepaskan dengan memanaskan material.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)






Sumber: www.cnnindonesia.com