Indeks

Fakta-fakta Sampah Roket Antariksa China yang Bakal Jatuh Besok

Sisa roket Long March 5B milik China diprediksi jatuh tak terkendali ke Bumi pada Minggu (6/11). Terdapat sejumlah fakta-fakta dari sampah antariksa itu.

Jakarta, CNN Indonesia

Bongkahan roket Long March 5B milik China diprediksi akan jatuh tak terkendali ke Bumi pada Sabtu (5/11). Simak fakta-fakta dari sampah antariksa itu.

Puing-puing roket itu merupakan bekas kiriman modul ketiga dan terakhir untuk membangun stasiun ruang angkasa China, Tiangong. Bobot roket itu seberat 25 ton yang diluncurkan 31 Oktober untuk mengirimkan modul kabin laboratorium Mengtian ke stasiun luar angkasa.

Bongkahan roket diperkirakan akan masuk ke atmosfer Bumi pada Sabtu, 5 November pukul 23:51 EDT. Diprediksi akan menghantam permukaan Bumi 14 jam setelah masuk astmosfer.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Asia, AS, hingga Afrika Terancam

Lokasi pendaratan bongkahan roket itu masih belum bisa ditentukan. Namun sejumlah wilayah seperti Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, India, China, Asia Tenggara, dan Australia terancam dijatuhi puing roket.

Menurut pusat penelitian nirlaba yang didanai pemerintah AS, The Aerospace Corporation, ini adalah keempat kalinya dalam dua tahun China membuang roketnya secara tidak terkendali.

Terjun bebas puing roket itu sebelumnya menghujani desa-desa di Pantai Gading, puing-puing mendarat di Samudra Hindia dekat Maladewa, dan bongkahan roket jatuh di dekat desa-desa di Kalimantan.

Cara tangkal sampah antariksa

Tahap pertama roket pendorong biasanya merupakan bagian yang paling besar dan paling kuat. Namun bagian ini biasanya didesain terbakar saat masuk kembali ke atmosfer.

Ada cara untuk mengatasi masalah ini. Biasanya, teknisi mencoba mengarahkan roket sehingga bagian pendorong tidak keluar ke orbit, malah menjatuhkannya ke laut tanpa membahayakan manusia.

Jika booster benar-benar membuat orbit, beberapa dirancang untuk menembakkan ledakan tambahan dari mesin, sehingga membuat puing roket berada pada jalur yang terkontrol pada saat masuk atmosfer.

Tetapi mesin pendorong Long March 5B itu tidak dapat dihidupkan kembali setelah berhenti. Hal ini membuat komponen roket berputar mengelilingi Bumi sebelum mendarat di lokasi yang tidak terduga.

China ngeles

China bersikeras tidak terkendalinya puing roket ke Bumi adalah praktik umum. Padahal, hal itu sebagai bentuk pengabaian kekhawatiran tentang potensi kerusakan dan korban jiwa.

Pada 2021 juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menuduh pelaporan bongkahan antariksa miliknya itu bias dan standar ganda.

Misalnya, pada Maret 2021, puing-puing dari roket SpaceX yang jatuh menabrak sebuah peternakan di negara bagian Washington, sebuah peristiwa yang diklaim Hua oleh outlet berita Barat diliput secara positif dan dengan penggunaan “kata-kata romantis.”

Dikutip dari CNet, setahun kemudian, pada Agustus 2022, set kedua puing SpaceX mendarat di sebuah peternakan domba di Australia.

“Kemungkinan seseorang akan dirugikan oleh roket yang jatuh itu kecil dan risiko terhadap individu lajang bahkan lebih rendah,” menurut laporan Perusahaan The Aerospace.

Karena jalur untuk puing-puing roket itu 88 persen menyasar populasi dunia, hal itu menempatkan kemungkinan bahaya jauh di atas ambang risiko korban yang diterima secara internasional.

“Negara-negara penjelajah luar angkasa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek-objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi itu,” tulis Administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan.

Bill mengatakan setelah pendaratan darurat Long March 5B pada 2021 iti terlihat jelas China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab mengenai puing-puing luar angkasa mereka.

Stasiun luar angkasa Tiangong berbentuk T, yang massanya kira-kira seperempat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Tiangong diperkirakan akan tetap berada di orbit rendah Bumi setidaknya selama 10 tahun.

Tiangong yang terdiri dari tiga astronaut akan menggunakan stasiun tersebut untuk melakukan eksperimen dan pengujian teknologi baru, seperti jam atom ultracool.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan kehadirannya di luar angkasa untuk mengejar ketinggalan dengan AS dan Rusia. Pihaknya mendaratkan penjelajah di sisi jauh bulan pada 2019 dan mengambil sampel batuan dari permukaan bulan pada 2020.

China juga telah menyatakan akan membangun stasiun penelitian bulan di kutub selatan bulan pada tahun 2029, menurut laporan LiveScience.

(can/arh)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version