Apa alasan emoji diciptakan? Scott Fahlman, orang yang pertama kali menciptakan emoji menyebut alasannya adalah untuk sarkasme.
Penggunaan emoji pertama terjadi pada 19 September 1982. Ketika itu, Fahlman merangkai, titik dua, tanda hubung, dan tanda kurung tutup yang menjadi cikal bakal emoji menjadi :-).Ia menggunggah pesan itu pada buletin online sekolahnya, Carnegie Mellon University.
Oleh Guinness World Records, emoji itu kemudian ditahbiskan sebagai emoji digital pertama. “Beberapa orang akan mengatakan sesuatu untuk bersikap sarkas. Di antara sekian banyak pembaca, satu orang mungkin tidak akan menangkap bercandaannya dan menjadi marah, bermusuhan, dan kemudian diskusinya menghilang dan menjadi debat kusir,” kata Fahlman seperti dilansir CNN.
“Ketika Anda berada di media internet yang hanya berupa teks, orang-orang tidak aka ntahu apakah Anda bercanda atau tidak. Tidak ada bahasa tubuh atau ekspresi wajah,” ujarnya menambahkan.
Empat puluh tahun sejak Fahlman menggunakan tanda :-), emoji menjadi fitur penting dalam percakapan online. Sekarang, ada lebih dari 3600 emoji yang tersedia untuk pengguna.
“Emoji menawarkan sesuatu yang tidak mampu disampaikan kata-kata. Mereka menjelaskan ketika Anda bilang ‘oke’, oke yang seperti apa?” ujar Jennifer Daniel, Kepala Sub Komite Emoji untuk Konsorsium Unicode, organisasi non-profit yang mengatur standar emoji.
Meski sekarang sudah digunakan luas, penggunaan emoji ternyata butuh waktu lama untuk meluas di Amerika Serikat. Penggunaan emoji justru mendapat respon baik dari Jepang.
Pada pertengahan 1990, perusahaan ponsel Jepang, NTT Docomo, memasukkan simbol hati berwarna hitam di pager. Kemudian pada 1997, perusahaan SoftBank merilis 90 karakter emoji dimuat ke dalam ponsel.
Namun grafis emoji saat itu belum terlalu bagus hingga saat Docomo menciptakan 176 karakter emoji pada 1999. Akan tetapi, baru pada 2010 ada standarisasi emoji secara internasional yang dibuat Unicode atas permintaan Google dan Apple.
Jeremy Burge, pendiri Emojipedia mengatakan, proses standarisasi itu cukup rumit jika menyangkut karakter atau simbol yang sensitif. Contohnya adalah simbol jari tengah.
“Hal itu menjadi pikiran Unicode juga, ketika hanya ada sedikit peraturan. Hari ini, peraturannya ada banyak dan cukup terdokumentasi. Emoji baru meluncur setelah melewati yang cukup rumit,” katanya.
Masa Depan Emoji
Seperti bahasa, emoji pun terus berevolusi. Unicode terkini memperbarui satu set emoijnya pada September. Unicode juga beberapa kali memperbarui koleksinya setelah muncul kritik soal minimnya representasi ras, jender, dan seksualitas di emoji.
Di sisi lain, melansir Brandwatch, emoji wajah dengan tangis bahagia menjadi yang paling sering digunakan. Penggunaannya pun lintas platform mulai dari Twitter hingga TikTok.
Seiring perkembangan emoji, Fahlman pun kini aktif sebagai Professor Emeritus yang mengkaji kecerdasan buatan dan aplikasinya. Namun ia mengakui, capaian yang membuatnya terkenal adalah penciptaan emoji itu.
[Gambas:Video CNN]
(can/lth)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com