‘Elite Global’ Bikin Teori Konspirasi Alien Subur

Para miliarder dan ilmuwan populer terindikasi berada di balik maraknya teori konspirasi soal alien. Siapa saja mereka?

Jakarta, CNN Indonesia

Sosok ‘elite global‘ diduga menjadi salah satu pihak yang membuat pseudosains soal alien tumbuh subur. Mereka bahkan mengeluarkan banyak uang untuk menelusuri makhluk ekstra-terestrial tersebut.

Dalam sebuah wawancara pada 2017, salah satu miliarder dunia Robert Bigelow tidak ragu-ragu ketika ditanya apakah alien luar angkasa pernah mengunjungi Bumi.

“Pernah ada dan memang ada, kehadiran Ekstraterrestrial,” kata Bigelow, dikutip dari LiveScience.

Bigelow merupakan seorang maestro real estate yang berbasis di Las Vegas dan pendiri Bigelow Aerospace, perusahaan yang dikontrak NASA untuk membangun habitat stasiun ruang angkasa tiup.

Ia sangat yakin karena sudah menghabiskan berjuta-juta dolar AS untuk mencari bukti UFO.

“Saya mungkin menghabiskan lebih banyak uang sebagai individu daripada orang lain di Amerika Serikat yang pernah menghabiskan uang untuk hal ini,” katanya.

Sejak awal 1990-an, Bigelow mendanai banyak sekali penelitian pseudosains tentang pengetahuan UFO modern, menyelidiki segala sesuatu mulai dari crop circle dan mutilasi ternak hingga penculikan alien dan kecelakaan UFO.

Upaya ini membuat taipan berusia 79 tahun tersebut tampak menghamburkan kekayaannya di sana. Namun, bisa jadi Bigelow akan melihat hal ini dengan cara yang berbeda.

Pasalnya, media dan Kongres Amerika Serikat (AS) sekarang tengah membahas dengan serius tentang dugaan penyembunyian UFO besar-besaran oleh pemerintah. Bahkan, ada usulan undang-undang untuk membuka X-Files.

“Masyarakat Amerika memiliki hak untuk mengetahui tentang teknologi yang tidak diketahui asal-usulnya, kecerdasan non-manusia, dan fenomena yang tidak dapat dijelaskan,” kata Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer dari New York.

Pseudosains semacam ini yang didukung oleh para plutokrat muncul ketika keberpihakan politik, propaganda perusahaan, dan konspirasi terus menebarkan ketidakpercayaan pada ilmu pengetahuan yang sesungguhnya.

Seorang anggota parlemen, Tim Burchett dari Tennessee, baru-baru ini mengatakan, “Iblis telah menghalangi kita,” dan mengklaim adanya “penyembunyian” laporan UFO oleh badan-badan militer dan intelijen.

Pembicaraan semacam itu dulunya hanya berada di domain internet dan acara radio bertema konspirasi larut malam. Kini, hal ini menjadi bagian dari arus utama politik.

Hal ini tidak akan terjadi tanpa Bigelow (dan orang-orang eksentrik kaya lainnya) yang memberi ‘pelumas’ pada jalan tersebut dengan dompet tebal mereka.

Contoh lainnya, Laurance Rockefeller. Ia adalah penyokong dana untuk investigasi UFO yang paling menonjol di 1990-an. Dia membiayai berbagai panel UFO, konferensi, dan buku-buku tebal yang membuat piring terbang terus menjadi wacana publik.

Dari sudut pandang ilmiah, semua uang ini tampaknya sia-sia untuk sebuah pencarian aneh yang mirip dengan pencarian Bigfoot atau Atlantis.

Ilmuwan yang tidak ilmiah

Hal yang sama diduga terjadi pada perburuan alien yang dilakukan astrofisikawan Harvard, Avi Loeb. Ia baru-baru ini mencari bukti kehidupan dari luar Bumi di lepas pantai Papua Nugini dengan menghabiskan biaya US$150 ribu (Rp2,3 miliar)

Siapa cukongnya? Tak lain maestro mata uang kripto Charles Hoskinson.

Klaim-klaim Loeb sejauh ini memiliki pendekatan yang lebih terbuka dan tidak memihak pada pseudosains. Hal itu membuatnya meraih tempat di banyak liputan media.

Namun, rekan-rekannya di komunitas ilmiah punya pandangan berbeda.

Ia, yang mengepalai proyek UFO yang kontroversial, sebelumnya memicu kemarahan rekan-rekannya dengan klaim yang aneh tentang sifat artifisial komet antarbintang yang diduga buatan, Komet Oumuamua.

Mengomentari hal tersebut, Steve Desch, seorang astrofisikawan di Arizona State University, mengatakan “apa yang publik lihat dari Loeb bukanlah cara kerja sains. Dan mereka seharusnya tidak berpikir seperti itu.”

Pseudosains sendiri disebut berhasil tumbuh karena terbalut oleh aura legitimasi oleh lembaga-lembaga bergengsi.

Sebagai contoh, Massachusetts Institute of Technology (MIT) meminjamkan imprimaturnya untuk konferensi penculikan alien pada awal 1990-an, yang dibiayai oleh Robert Bigelow.

Sebagai seorang dermawan yang murah hati bagi dunia akademis, Bigelow juga memberikan jutaan dolar kepada University of Nevada selama tahun 1990-an untuk mempelajari fenomena psikis, seperti telepati, kewaskitaan, dan kemungkinan kehidupan setelah kematian.

Dalam beberapa tahun terakhir, miliarder ini juga mengalihkan perhatian dan uangnya sebagian besar untuk kehidupan setelah kematian.

(lom/arh)




Sumber: www.cnnindonesia.com