Drone Susah Dijegal? Cek dulu Teknologi Canggih Militer China

China memiliki teknologi yang bisa mendeteksi dan mencegat drone yang terbang rendah serta menembaknya jatuh secara efisien. Cek speknya.

Jakarta, CNN Indonesia

China mengungkap teknologi persenjataan terbarunya yang mampu menangkal kendaraan udara tak berawak (UAV) alias drone, bahkan yang berukuran kecil dan sulit dideteksi.

Negara Tirai Bambu tengah beradaptasi dengan perang senjata tak berawak lewat teknologi militer terbaru, salah satunya sistem anti-drone yang dipamerkan pekan ini.

Pengembang China Aerospace Science & Industry Corporation (Casic) yang merupakan pembuat rudal utama negara tersebut mengatakan sistem kendaraan udara tak berawak terinspirasi oleh konflik global baru-baru ini, termasuk perang di Ukraina, di mana berbagai jenis drone kini telah banyak digunakan.

China adalah pemasok utama drone internasional untuk penggunaan militer dan sipil, dengan beberapa produk non-militernya juga terlihat digunakan di medan perang. Militer China sudah mengerahkan berbagai drone, dan pada saat yang sama ingin mengembangkan senjata penangkalnya.

Sistem anti-drone terbaru milik China memiliki serangkaian keterampilan lengkap mulai dari deteksi, pengintaian, gangguan, kontrol, intersepsi, dan penilaian terhadap semua jenis UAV.

Dalam sistem anti-drone, Casic mengatakan teknologi barunya memberikan “solusi komprehensif” dalam melawan perangkat-perangkat tersebut.

“[Biasanya drone] terlalu sulit untuk dideteksi, terlalu kecil untuk dicegat dan terlalu mahal untuk menggunakan senjata pertahanan udara,” tulis Casic dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip SCMP.

“Sistem anti-UAV … dapat secara efektif mencapai penggunaan yang efisien dan terkoordinasi dari gabungan berbagai jenis peralatan deteksi dan senjata intersepsi … dan membentuk kemampuan pertahanan yang komprehensif terhadap semua jenis target drone baik dekat dan jauh, tinggi dan rendah, dengan hard dan soft kill,” tambah mereka.

Hard kill sendiri mengacu pada serangan fisik pada drone musuh, sementara soft kill dicapai dengan mengganggu teknologi elektronik mereka atau menggunakan sensor dazzler.

Sistem peringatan dini anti-drone Casic menampilkan radar ketinggian rendah DK-1 dan radar elektro-optik yang dirancang untuk mencari dan melacak drone yang terbang rendah.

Kemudian Casic juga memiliki sistem komando taktis ZK-K20 yang dapat mengontrol senjata pertahanan udara jarak menengah dan jauh untuk mencegat drone tempur besar serta melakukan tindakan balasan jarak dekat terhadap drone menengah, kecil atau mini, termasuk yang bepergian dalam grup.

Sistem anti-drone yang paling menonjol adalah sistem FK-3000 baru yang merupakan peningkatan dari platform FK-2000.

FK-3000 memiliki basis truk off-road yang lebih baik, meningkat dari versi sebelumnya yang dapat menembakkan senjata anti-pesawat dan rudal saat melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam di jalan.

Radar canggih yang terintegrasi secara elektronik (AESA) telah ditingkatkan menjadi empat buah dengan persenjataan yang diperluas.

Truk FK-3000 juga memiliki daya tembak 12 peluncur rudal empat tabung, senjata anti-pesawat, dan perangkat jamming elektronik. Melansir Global Times, truk tersebut juga dilengkapi sistem pertahanan senjata tanpa awak ZR-1500.

Sistem senjata tersebut memiliki jarak intersep miring hingga 5 km dan mampu mencegat beragam target termasuk pesawat jenis fixed-wing, helikopter, dan drone serta personel musuh dengan kendaraan bersenjatanya, dalam jarak tertentu.

[Gambas:Video CNN]

(lom/lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com