Dari mana Indonesia Dapat Bahan Radioaktif untuk PLTN?

Indonesia berencana membangun PLTN di sejumlah lokasi. Namun dari mana Indonesia mendapatkan bahan radioaktif utuk PLTN?

Jakarta, CNN Indonesia

Rencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia kemungkinan terganjal bahan baku. Penelit Ahli Utama Organisasi Tenaga Nuklir BRIN (ORTN BRIN), Djarot S. Wisnubroto mengungkapkan, ada kemungkinan Indonesia harus mengimpor bahan uranium dan thorium yang jadi bahan utama PLTN.

“Jadi kalau ditanya 10 tahun lagi kita punya PLTN dari mana uraniumnya? kita harus impor dan impor itu tidak salah,” ujar Djarot secara virtual pada November 2021 lalu.

Djarot mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan bahan baku operasional PLTN yakni uranium dan thorium. Hasilnya, total sumber daya uranium di dalam negeri hanya sekitar 89 ton, dan thorium 1443 ribu ton.

Sehingga, apabila Indonesia 10 tahun ke depan memiliki PLTN, maka nilai sumber daya tersebut dinilai kurang.

Ia mengatakan, negara produsen uranium paling banyak dunia saat ini adalah Kazakhstan. Negara pecahan Uni Soviet itu memiliki cadangan uranium sekitar 2 juta ton.

Meski kurang sumber daya, Djarot mengklaim Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap jika dilibatkan dalam penelitian bahan nuklir untuk energi terbaru.

Pasalnya, SDM dalam negeri sudah bisa mengatasi masalah reaktor nuklir, melakukan pengelolaan limbah radioaktif, hingga mengkaji dan mendesain reaktor nuklir.

“SDM dan infrastruktur Indonesia sudah siap dalam program pembangunan PLTN, tidak hanya masalah reaktor saja tapi pendukung lainnya seperti pengelolaan limbah radioaktif. Bagaimana mengkaji termasuk ikut mendesain reaktornya,” ujarnya.

Di sisi lain, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengungkapkan ada satu perusahaan yang berencana membangun PLTN di Indonesia. PLTN itu akan direalisasikan untuk komersil pada 2032.

“Untuk pembangunan PLTN saat ini sudah banyak vendor-vendor yang tertarik untuk menginvestasikan untuk pembangunan PLTN. Ada satu perusahaan yang ingin menginvestasikan,” kata Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Pengawas Bapeten, Sugeng Sumbarjo di hotel Pullman Central Park, Selasa (8/11).

“Kalau rencananya mereka tahun 2032 mereka akan komersialkan PLTN,” sambungnya.

Lebih lanjut, Sugeng juga tak mengungkapkan lokasi yang akan dibangun reaktor nuklir tersebut. Hanya saja, ia menyebut Kalimantan Barat dan Bangka Belitung sebagai tempat potensial PLTN meski sedang diteliti oleh BRIN.

“Kalbar dan Babel yang potensial. Kalau lokasinya kami belum tahu persis di mana, masih diriset oleh BRIN,” ucapnya.

“Mereka (BRIN) akan menyiapkan dan membantu lab uji dari pembangunan PLTN oleh perusahaan ini. BRIN tentunya badan riset nuklir di dalamnya harus mengawal dan bisa menjadi pendukung perusahaan itu mendukung Bapeten,” lanjut Sugeng.

Terkait impor bahan baku, Sugeng mengakui hal tersebut. Ia mengungkapkan Indonesia masih harus mengimpor lewat konsorsium dari berbagai negara termasuk dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Menurut Sugeng, harus ada kesepakatan dari beberapa negara terkait impor bahan baku. “Jadi harus ada kesepakatan impornya itu dari beberapa negara. Kalau satu negara ada kendala, maka negara lain bisa memasoknya,” jelas dia.

[Gambas:Video CNN]

(lth)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com