Dari Mana Asal Stereotipe Ibu Tiri Jahat?

Ibu tiri biasa mendapat stigma sebagai sosok yang jahat terhadap anak tirinya. Darimana stereotipe itu berasal?

Jakarta, CNN Indonesia

Ibu tiri biasanya mendapat stigma sebagai figur yang jahat dan tak kenal kasih sayang. Darimana stereotipe itu berasal?

Peneliti menyebut stereotipe ibu tiri jahat lahir di istana kekaisaran Roma dari tulisan seorang sejarawan. Salah satu cerita yang kemungkinan menjadi asal usul ibu tiri yang jahat adalah cerita tentang kekaisaran Roma kuno dan seorang tokoh ikonik, yakni Livia Drusilla.

Livia adalah istri kedua Kaisar Caesar Augustus. Augustus sendiri naik ke kursi kekuasaan setelah Julius Caesar meninggal dunia pada tahun 44 Sebelum Masehi (SM).

Menurut sejarawan Italia Augusto Fraschetti, pada saat Livia dan Augustus menikah, dia sudah menjadi ibu dari seorang putra bernama Tiberius.

Augustus sendiri telah menikahkan putrinya dari pernikahan sebelumnya, yang telah melahirkan dua putra, yakni Gaius Caesar dan Lucius Caesar.

Salah satu dari mereka ditetapkan untuk menggantikan Augustus sebagai kaisar, tetapi ada keduanya meninggal.

Desas-desus tentang kelicikan dan permainan kotor mulai beredar di Roma, dan gosip menyebar selama bertahun-tahun. Kemudian beberapa tahun setelah kejadian tersebut, cucu Augustus sekaligus calon pewaris takhta lainnya Agrippa Postumus juga ditemukan dibunuh.

Akhirnya, putra Livia, Tiberius meneruskan takhta kaisar Roma. Sederet kematian calon penerus takhta tersebut lantas memicu kecurigaan sebagian warga Romawi.

Di Roma kuno, kritik terhadap pemerintahan terutama kaisar adalah sesuatu yang buruk. Namun ada cara lain yang lebih halus untuk mengungkapkan ketidaksenangan seseorang tentang keputusan politik pemerintahan.

“Salah satu cara Anda bisa mengkritik seorang pria adalah dengan mengkritik wanita yang melekat padanya,” ujar Peta Greenfield, seorang sejarawan Roma kuno di University of Sydney di Australia, seperti dikutip Live Science.

Dengan demikian, Livia menjadi kambing hitam atas kritik terhadap suami dan putranya. Meski begitu, kritikan publik pada Livia tak serta merta menjadikannya sosok ibu tiri yang jahat.

Sosok yang yang bertanggung jawab memperkuat gambaran Livia sebagai ibu tiri yang jahat adalah sejarawan Tacitus yang hidup sekitar tahun 56 hingga 120 Masehi.

Dalam versi Tacitus tentang sejarah Romawi yang ditulis beberapa dekade setelah kematian Augustus pada 14 M, Livia disebut sebagai seorang dalang yang licik, kejam, dan haus kekuasaan yang tidak akan berhenti untuk mengamankan tempat putranya di atas takhta.

“Cara dia menulis sangat dipengaruhi oleh cara masyarakat Romawi memandang dirinya sendiri,” kata Greenfield.

Greenfield mengatakan pada saat itu, citra diri Roma terkubur dalam rasa “ketidakamanan patriarki” yang mendalam, sehingga seorang wanita yang kuat tidak dipandang sebagai sebuah hal yang baik.

Di sisi lain, ibu tiri sebagai sosok yang jahat juga disampaikan lewat beberapa cerita seperti Hansel and Gretel, Putri Salju (Snow White), dan Cinderella. Akan tetapi, mengutip New York Times, gambaran ibu tiri sebagai sosok yang jahat dinilai cukup mengganggu.

Dalam sebuah studi berjudul “The Poisoned Apple” psikolog Elizabeth Church mewawancara 104 ibu tiri lewat sejumlah pertanyaan seperti: bagaimana para ibu tiri menghadapi stereotipe jahat? Meskipun pengalaman mereka berbeda dengan yang dikisahkan di dongeng.

Menurut Elizabeth, yang juga seorang ibu tiri, respondennya merasa tak punya kekuatan ketika dongeng-dongeng ini punya kekuatan luar biasa. Mereka masih dipersepsikan dengan gambaran ibu tiri yang jahat. 

Para ibu tiri ini juga cenderung merasa jahat apabila sedang merasa cemburu. Pada akhirnya, mereka memendam perasaan itu untuk mereka sendiri dan membuat mereka merasa lebih malu.

[Gambas:Video CNN]

(lom/lth)





Sumber: www.cnnindonesia.com