Daftar Teori Abal-abal Soal Gempa Turki dan Bantahan Ilmiahnya

Sejumlah teori abal-abal non-ilmiah soal gempa Turki muncul di media sosial. Simak bantahan ilmiahnya di sini.

Jakarta, CNN Indonesia

Sejumlah teori konspirasi yang abal-abal soal penyebab gempa Turki yang terjadi Senin (6/2) dengan magnitudo 7,8 muncul di media sosial. Simak bantahan dan penjelasan ilmiahnya di sini.

Gempa di Turki mengundang perhatian khalayak dunia. Pasalnya, gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah dan ribuan korban jiwa.

Sayangnya, alih-alih memberi pencerahan, sejumlah pihak justru lebih memilih penjelasan non-ilmiah dan abal-abal berbau konspirasi terhadap peristiwa tersebut.

HAARP Sebagai Penyebab Gempa Turki

Penjelasan non-ilmiah pertama melibatkan teknologi High-frequency Active Auroral Research (HAARP) milik Amerika Serikat (AS). Tidak tanggung-tanggung, Walikota Ankara, Ibrahim Malik Gockek termasuk yang percaya teori tersebut.

“Sekarang, saya berpikir, ini mungkin gempa hasil rekayasa manusia. Saya tidak mengatakan hal itu pasti demikian, tetapi ada kemungkinan yang sangat besar,” tulis Gokcek dalam akun twitternya.

Gokcek menuding teknologi HAARP milik Amerika Serikat (AS) menjadi biang keladi gempa. Masih dari akun Twitternya, Gokcek membagikan sebuah video Youtube berisi penjelasan soal HAARP.

“Saya bilang, harus ada investigasi soal ini. Apakah ada kapal riset seismik yang melintas di dekat episenter? Jika iya, kapal itu milik negara mana?” tuding Gokcek.

Padahal, seperti dikutip situs resminya, HAARP sebetulnya adalah program penelitian ionosfer yang didanai oleh militer AS, pemerintah, dan Universitas Alaska.

Pada 11 Agustus 2015, militer AS memindahkan fasilitas riset ini ke University of Alaska Fairbanks. Hal tersebut membuat program HAARP dapat berlanjut dengan eksplorasi fenomena ionosfer lewat riset kooperatif berbasis daratan dan persetujuan pengembangan.

HAARP sendiri disebut sebagai “transmiter bertenaga tinggi dan frekuensi tinggi yang paling mampu untuk mempelajari ionosfer”. Ada dua instrumen riset kunci pada program HAARP.

Pertama, The Ionospheric Research Instrument (IRI) yakni sebuah transmiter bertenaga tinggi yang beroperasi di rentang Frekuensi Tinggi. IRI bisa digunakan untuk secara temporer memicu area tertentu pada ionosfer untuk studi ilmiah.

Kedua, seperangkat instrumen ilmiah dan diagnostik yang canggih yang dapat digunakan untuk mengobservasi proses fisik yang terjadi di area tertentu itu.

Observasi menggunakan kedua alat tersebut dapat membuat para ilmuwan mendapat pengertian yang lebih baik tentang proses yang terus terjadi di bawah simulasi alami Matahari.

Tata Letak Planet dengan Bumi

Selain HAARP, gempa Turki disebut terjadi karena posisi tata letak planet dengan Bumi. Teori pseudoscience itu diusung oleh Frank Hoogerbeets, periset dari SSGEOS.

Pada Jumat (3/2), Hoogerbeets memprediksi terjadinya gempa di sekitar wilayah Turki dan Lebanon dengan magnitudo 7,5. Gempa Turki sendiri terjadi pada Senin (6/2) dengan magnitudo 7,8.

Hoogerbeets lalu mengklaim prediksinya itu tepat seraya menujukkan bukti teorinya tentang geometri planet luar angkasa dengan Bumi.

“Hati saya berduka pada semua orang yang terkena dampak gempa bumi besar di Turki Tengah. Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah ini, mirip dengan tahun 115 dan 526. Gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kita alami pada 4-5 Februari,” ujarnya.

Pernyataan Hoogerbeets itu langsung dibantah oleh sejumlah pakar salah satunya seismolog Martijn van den Ende. Ia langsung membalas twit Hoogerbeets lewat akun Twitternya.

“Setiap orang yang membaca ‘prediksi’ ini, tolong jangan tertipu. Gempa bumi tidak dipicu oleh tata letak planet, dan tidak ada metode ilmiah untuk memprediksi gempa bumi,” kicau dia, Senin (6/2).

Selain Ende, ada seismolog dari Imperial College London, Stephen Hicks yang mengungkapkan, gempa M 7,8 ini memiliki kekuatan yang sama dengan gempa di Turki pada Desember 1939 yang menewaskan sekitar 30 ribu orang

Menurut Hicks, Turki pada dasarnya merupakan sarang aktivitas seismik karena berada di dua patahan besar di Lempeng Anatolia.

Patahan tersebut adalah Patahan Anatolia Utara (Northern Anatolian Fault/NAF) yang melintasi Turki dari barat ke timur; dan Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault/EAF)yang ada di wilayah tenggara negara itu.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono juga mengungkapkan, ada lima penyebab gempa Turki sangat destruktif.

“Mengapa gempa Turki sgt destruktif?: (1) Magnitudo besar 7,8 (2) Gempa kerak dangkal (3) Terdiri 3 gempa besar 7,8 6,7 & 7,5 (4) Waktu gempa pagi hari pkl 4 bnyk warga dirumah, masih tidur (4) Pusat gempa di kelilingi 4 kota besar: Gaziantep, Kahramanmaras, Pazarcik, & Nurdagi,” tulis Daryono lewat akun Twitternya.

(lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com