Jakarta, CNN Indonesia —
CEO OpenAI Sam Altman mengungkap alasan peralihan ChatGPT dari perangkat non-profit alias gratis menjadi berbayar, yakni terkait biaya sistem kecerdasan buatan (AI) yang tak murah.
Hal itu dinyatakan saat menjawab pertanyaan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim di acara ‘Conversation with Sam Altman’ di Jakarta, Rabu (14/6).
“Saya ingin tahu apa pertimbangan Anda mengalihkan OpenAI dari nonprofit ke profit. Saya ingin mendengar ‘mengapanya’ dan apakah ada kekhawatiran tentang peralihan itu dan jika ada, apa kekhawatirannya?” cetusnya, dalam sesi tanya jawab.
“Kami memulai sebagai [platform] non-profit karena menjalankan misi kami. Dan itu tidak berubah. Misi kami adalah membuat AGI (artificial general intelligence) yang aman dan mencari cara bagaimana itu menguntungkan manusia,” kata dia.
Altman mengatakan OpenAI tetap setia kepada misi tersebut. Akan tetapi, “taktik kami harus berubah setelah menyadari betapa mahalnya sistem teknologi ini.”
Pria berusia 38 tahun itu mengungkapkan OpenAI baru saja mendapatkan lebih dari US$10 juta (sekitar Rp149,2 miliar) dan diharapkan mendapatkan lebih banyak lagi untung ke depannya.
Altman menambahkan ada beberapa hal yang menyebabkan OpenAI berubah, yakni sifat teknologi AI yang mahal, keinginan menarik orang-orang bertalenta, serta menciptakan jaringan yang besar.
Menurut Altman, OpenAI tidak mungkin mewujudkan hal tersebut dengan status sebagai perusahaan non-profit. Di satu sisi, OpenAI ingin tetap setia kepada misinya menyediakan teknologi AI yang menguntungkan bagi manusia.
Maka dari itu, kata Altman, OpenAI membentuk anak perusahaan yang berorientasi profit. Altman menilai struktur ini sudah merupakan yang terbaik bagi OpenAI.
“Jadi kami membentuk struktur baru. Non-profitnya masih ada, tetapi ada subsidiary (anak usaha) yang mendapatkan keuntungan, sehingga kami bisa memberi investor dan karyawan kami hal yang pasti,” jelas Altman.
“Namun di luar itu, aksesnya akan kembali lagi ke divisi non-profit kami. Jadi jika kami sukses dengan mimpi gila kami, dan kami membuat teknologi yang paling berdampak bagi kemanusiaan, itu masih menjadi milik kita,” ujarnya.
Sebelumnya, ChatGPT dirilis secara luas dan bisa digunakan secara gratis. Perusahaan kemudian merilis versi berbayar, ChatGPT Plus, dengan biaya langganan bulanan US$20 (sekitar Rp298 ribu).
Keuntungannya adalah respons lebih cepat, tak pakai antre di jam sibuk, hingga prioritas buat fitur baru.
(lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com