Jakarta, CNN Indonesia —
Hujan lebat diperkirakan masih akan terjadi di banyak wilayah setidaknya dalam tiga hari ke depan akibat efek siklon tropis. Fenomena El Nino tak begitu berpengaruh?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap suhu air laut di Samudera Pasifik mengalami perubahan yang mengarah pada fenomena El Nino yang memengaruhi berkurangnya curah hujan.
“Jadi semakin menghangat di Samudera Pasifik, anomali temperatur di Samudera Pasifik ini semakin meningkat sudah mencapai 0,8 artinya El Nino masih lemah,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, pekan lalu.
Selain itu, BMKG juga memprediksi kemarau makin kering karena dampak dari Indian Ocean Dipole (IOD).
“Intensitas El Nino semakin menguat. BMKG mendeteksi IOD yang semakin menguat ke arah positif, yang artinya seperti fenomena yang terjadi seperti 2019 di mana IOD menguat dan mengakibatkan kondisi kering lebih kering di wilayah Indonesia,” ujar Dwikorita.
IOD merupakan perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia.
Nyatanya, dalam Peringatan Dini Cuaca 13 Juni–15 Juni, BMKG mengungkapkan potensi pertumbuhan awan hujan di sejumlah daerah.
Yakni, Bengkulu hingga Sumatera Barat, Jawa Barat, Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua, serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Samudra Hindia Barat Daya Sumatera, Laut China Selatan.
Lembaga tersebut mengungkit efek “sirkulasi siklonik” yang terpantau di Samudra Pasifik utara Papua Barat.
Berdasarkan data Joint Typhoon Warning Center, ada dua siklon tropis aktif saat ini. Yakni, Siklon Tropis Guchol dan Biparjoy.
Yang pertama, Siklon Tropis Guchol, per Rabu (14/6) dini hari, terpantau ada di sebelah timur Jepang dengan kecepatan angin 45 knot atau 83,34 km/jam, setelah sebelumnya sempat berada di utara Papua.
“Sistem ini menginduksi peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) dan membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Samudra Pasifik sebelah Timur Filipina,” kata BMKG.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.”
Yang kedua, Siklon Tropis Biparjoy. Badai ini, per Rabu (14/6) dini hari mengarah ke Pakistan dari Laut Arab, setelah sebelumnya melalui Samudera Hindia selatan India.
Badai ini masih jauh dari RI untuk memberi efek seperti Guchol.
Syarat siklon
Dalam tulisan R. Azgha dan Mukminan berjudul ‘Analysis of the influence of tropical cyclones on rainfall in Indonesia’ di jurnal IOP, siklon tropis membutuhkan waktu tujuh hari proses pembentukan, mulai dari tumbuh hingga raib. Namun, variasinya bisa mencapai 1 hingga 30 hari.
Menurut keduanya, syarat-syarat pembentukan siklon tropis adalah:
Pertama, suhu permukaan laut cukup panas yaitu diatas 26º C. Udara di bagian bawah lapisan lembab, udara ini menyebar dan lebih panas dari atmosfer lingkungan hingga ketinggian 12 km.
Kedua, parameter Coriolis harus lebih besar dari nilai minimum yang ditemukan pada garis lintang sekitar 50 belahan utara dan selatan. Jika gaya Coriolis lemah, siklon tidak terbentuk.
Memang, menurut keduanya, Indonesia bukan wilayah yang membentuk siklon tropis karena letak geografis yang berada di garis khatulistiwa yang dipengaruhi oleh gaya/efek coriolis.
Efek ini ditemukan oleh ahli matematika Prancis Gaspard-Gustave de Coriolis di abad 19. Intinya, daerah khatulistiwa selalu berputar lebih cepat ketimbang daerah yang makin mendekati kutub.
Efeknya, badai tak akan masuk tepat di khatulistiwa.
Profesor Meteorologi di University of Hawaii Gary Barnes mengatakan efek coriolis yang maksimal berada di kutub Bumi dan paling rendah di khatulistiwa. Alhasil, tidak ada badai yang terbentuk di lintang 5 derajat hingga garis khatulistiwa.
Meski tak akan ada badai yang tepat di khatulistiwa, Azgha dan Mukminan menyebut siklon tropis bisa memengaruhi pembentukan awan konvektif alias awan hujan di daerah sekitarnya.
“Sehingga di sekitar tropis Siklon lebih banyak curah hujan yang diperoleh. Hal ini akan mengganggu cuaca di daerah yang tidak dilalui oleh geseran [siklon] tersebut,” kata keduanya.
Untuk kasus tiga hari ke depan, BMKG menyebut Siklon Tropis Guchol “membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Maluku Utara hingga Samudra Pasifik Utara Papua Barat serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Laut Halmahera Utara.”
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,” lanjut BMKG.
(tim/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com