Cara Astronaut Misi Artemis 1 Bertahan di Sisi Gelap Bulan

Suhu Bulan bisa mencapai minus 240 derajat celsius pada malam hari. Bagaimana cara astronaut program Artemis bertahan?

Jakarta, CNN Indonesia

Para astronaut dari misi Artemis 1 diharuskan bertahan di suhu ekstrem lantaran bakal nge-camp di sisi gelap Bulan. Bagaimana caranya mereka bertahan hidup?

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berencana mengirim kembali astronaut ke Bulan dalam program Artemis, malam ini. NASA terakhir kali menerbangkan manusia ke Bulan pada 1972.

Kala itu, NASA menerbangkan Eugene Cernan ke Bulan dalam misi Apollo 17. Sejak saat itu, NASA absen menerbangkan astronaut ke Bulan, dan memilih misi lain dalam eksplorasi antariksa.

NASA berniat mengirim kembali astronaut ke Bulan dalam program Artemis. Rencananya, pada tahun 2025, manusia sudah akan dapat kembali ke Bulan.

Mengutip Space, misi ke Bulan tak bisa dilakukan sembarangan. Pasalnya, suhu di Bulan bisa sangat ekstrem mencapai 120 derajat celsius pada siang hari dan minus 180 derajat celsius pada malam hari.

Bukan hanya itu, para astronaut harus bersiap terpapar sinar matahari selama 14 hari dan kegelapan konstan selama 14 hari pula. Ini karena siklus siang-malam di Bulan.

Selain itu, ada area di Bulan yang secara permanen tidak terpapar sinar Matahari, yang disebut region bayangan permanen (PSR). Di sana suhunya bisa mencapai minus 240 derajat celsius.

Meski tergolong ekstrem, area PSR menjadi titik yang paling mungkin untuk mendaratkan astronaut. Pasalnya di sana kemungkinan ada air yang bisa diproses menjadi oksigen, bahkan bahan bakar roket.

“Saya kira problem mendasarnya punya dua cabang. Bertahan hidup dengan sederhana saat malam hari di Bulan dan operasi saat malam hari, tanpa memikirkan apakah ini malam hari yang ‘normal’ yang akan Anda dapatkan di wilayah mana pun selain di Kutub, dan kegelapan yang bervariasi di Kutub karena sudut inklinasi Matahari yang rendah,” kata Dean Eppler, Kepala Ilmu Bulan di The Aerospace Corporation.

Basecamp Artemis

Melansir situs resmi NASA, sebuah markas bernama Artemis Base Camp pun telah dirancang. Markas itu direncanakan memiliki kabin, sebuah kendaraan, dan bahkan rumah bergerak.

“Dalam setiap perjalanan baru, para astronaut akan mendapat level kenyamanan yang meningkat dengan kemampuan eksplorasi dan memelajari Bulan lebih daripada sebelumnya,” kata administrator NASA bidang penerbangan manusia ke luar angkasa, Kathy Lueders.

“Dengan lebih banyak permintaan terhadap akses ke Bulan, kami sedang mengembangkan teknologi untuk mencapai kehadiran manusia dan robot pada 386242 km dari Bumi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya menambahkan.

NASA menargetkan dua astronaut akan kembali ke Bulan tepatnya di Kutub Selatan Bulan, daerah yang belum pernah dijamah manusia sebelumnya.

Lokasi itu dipilih karena dinilai memiliki sumber daya yang mendukung para astronaut bertahan di Bulan. Di daerah ini, para astronaut diperkirakan bisa mengakses mineral dan es Bulan secara mudah.

Pada beberapa misi pertama, sistem pendaratan manusia akan bekerja ganda sebagai penginapan di Bulan yang menawarkan dukungan untuk kehidupan bagi para kru bertahan untuk waktu yang pendek.

Namun di masa depan, NASA berencana menetapkan daerah itu sebagai basis permanen yang bisa menampung empat astronaut untuk bertahan selama satu bulan.

Lebih lanjut, para astronaut dalam misi Artemis juga akan dilengkapi pakaian modern yang menunjang misi untuk mengoleksi sampel dan eksperimen terhadap bebatuan Bulan. Pakaian ini juga dirancang untuk memudahkan mobilitas para astronaut dan komunikasinya.

Bagaimana dengan kendaraannya?

NASA telah menyiapkan dua sistem transportasi yakni Lunar Terrain Vehicle (LTV), dan rumah bergerak. NASA mendesain LTV sebagai kendaraan terbuka sehingga para astronot bisa mengemudi lebih dari 19 km dari basis.

Sebelum mengirim para astronaut, NASA akan lebih dahulu mengirim Volatiles Investigating Polar Exploration Rover (VIPER). Wahana itu nantinya akan melihat dari jarak dekat distribusi dan konsentrasi es di Bulan yang pada akhirnya bisa diambil untuk mendukung eksplorasi manusia lebih jauh.

[Gambas:Video CNN]

(lth/arh)






Sumber: www.cnnindonesia.com