Indeks

Cara Aman Buang Obat Sirop yang Telanjur Dibeli

Kemenkes telah melarang obat sirop berkaitan dengan penyakit ginjal misterius pada anak-anak.

Jakarta, CNN Indonesia

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sudah melarang seluruh apotek menjual obat berbentuk sirop kepada masyarakat. Hal itu berkaitan dengan kasus gangguan ginjal yang dialami sejumlah anak-anak.

Para tenaga kesehatan juga diminta tak lagi memberikan resep obat sirop kepada pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit gagal ginjal misterius yang menyebar ke sejumlah anak.

“Jadi obat sirop jangan digunakan apalagi kalau sudah terbuka atau pernah terpakai. Kalau tidak sakit dalam 7-14 hari bisa dibuang saja,” kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/10).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Lantas, bagaimana dengan orangtua yang telanjur atau memiliki obat sirop? Dapatkah obat itu dibuang sembarangan?

Melansir PCA, membuang obat-obatan tak diperbolehkan di sembarangan tempat dengan bebas. Obat-obatan tersebut dapat mencemari air kita dan secara tidak sengaja membuat kita terpapar bahan kimianya.

Studi terbaru menemukan obat-obatan yang dibuang ke saluran pembuangan dapat mencemari danau dan sungai, yang dapat melukai ikan dan satwa air lainnya, dan berakhir di air minum kita.

Beberapa obat, seperti berjenis untuk merangsang hormon dan antidepresan, termasuk senyawa pengganggu endokrin disebut dapat mengganggu reproduksi dan pertumbuhan banyak spesies air, seperti katak dan ikan.

Peneliti Minnesota Pollution Control Agenxy (MPCA) dan University of Minnesota juga telah mendeteksi antibiotik yang biasa digunakan dalam perawatan kesehatan dan kesehatan hewan pada tingkat rendah di danau, sungai, dan sungai di seluruh Minnesota.

Selain itu, Survei Geologi AS telah menemukan antibiotik dalam air tanah di daerah non-pertanian dan perkotaan.

Menurut peneliti, bakteri dengan adanya antibiotik akan mencoba untuk bertahan hidup. Perubahan ini dapat menyebabkan resistensi antibiotik, atau kemampuan bakteri untuk menahan efek antibiotik.

Selain dampak lingkungan, obat-obatan ini juga sangat rentan untuk disalahgunakan.

Studi menunjukkan orang yang menyalahgunakan obat sering mendapatkannya dari keluarga dan teman, termasuk dari lemari obat rumah. 

Menurut survei Nasional Penggunaan dan Kesehatan Narkoba 2009, mengungkapkan banyak orang Amerika menyalahgunakan obat resep daripada mereka yang menggunakan kokain, halusinogen, dan heroin.

Ketika obat-obatan dibuang ke toilet atau saluran pembuangan, mereka memasuki sistem pengolahan air limbah, yang membersihkan air.

Cara Membuang

Dikutip FDA, banyak komunitas yang memiliki program penarikan kembali obat-obatan yang tidak terpakai.

Pembeli obat juga dapat memeriksa ke sejumlah apoteker karena beberapa apotek menawarkan kotak pengiriman obat di tempat yaitu dengan program pengiriman kembali, untuk membantu membuang obat-obatan yang tidak terpakai dengan aman.

Namun jika tak menemukan apotek tersebut, masyarakat dapat melakukan beberapa hal. 

1. Copot obat itu dari bungkusnya dan campur dengan benda lain seperti bubuk kopi, debu, atau kotoran kucing. Itu membuat obatnya tidak menarik untuk anak-anak dan hewan peliharaan yang mungkin memeriksa tempat sampah.

2. Taruh campuran tadi ke bungkus yang bisa ditutup untuk mencegah kebocoran.

3. Buang campuran yang sudah dibungkus ke tempat sampah.

4. Hapus informasi personal yang menempel di obat tersebut untuk melindungi identitas dan privasi

Sementara itu, aturan tentang pelarangan obat sirop tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak yang diteken oleh Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami pada Selasa (18/10).

Kemenkes juga melaporkan total kumulatif kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia mencapai 206 orang per Selasa (18/10). Dari ratusan kasus itu, 99 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)




Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version