Emisi dari minyak dan gas yang memanaskan Bumi disebut bisa tiga kali lebih tinggi daripada yang selama ini dilaporkan. Berdasarkan proyek pemantauan satelit yang diluncurkan pada Rabu (9/11), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB menyebut jumlah itu kini sulit ‘diakali’.
Melansir AFP, alat baru yang diluncurkan pada pertemuan iklim COP27 di Mesir, telah menandai ada lebih dari 70 ribu lokasi yang mengelarkan emisi ke atmosfer.
Alat baru yang dijalankan oleh tim dari berbagai institusi riset, amal, dan perusahaan itu memonitor lokasi antara lain industri berat, produksi energi, agrikultur, transportasi, pembuangan, dan tambang.
Alat yang disebut Climate TRACE monitor itu beroperasi menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisa data dari lebih 300 satelit beserta ribuan sensor di daratan dan laut. Dari pemantauannya, ditemukan bahwa 14 gas buang yang besar berasal dari lokasi minyak dan gas.
Salah satu lokasi dengan gas buang paling banyak adalah Basin Permian di Texas -salah satu ladang minyak terbesar di dunia. Demikian dikatakan mantan wakil Presiden AS, AI Gore yang mendirikan proyek tersebut.
“Dengan data baru soal metan dan pembakaran (flaring), kami sekarang mengestimasi bahwa emisi sebenarnya tiga kali lebih tinggi daripada yang telah dilaporkan,” kata Gore.
Flaring merupakan pembakaran gas alam dari minyak dan sumur gas. Sementara, metan yang dihasilkan dari kebocoran instalasi bahan bakar fosil dan sumber lain dari manusia seperti ternak dan tempat pembuangan sampah, ikut andil dalam peningkatan temperatur global sekitar 30 persen.
Alarm Peringatan
Sekjen PBB, Antonio Guterres memuji inisiatif memberi petunjuk soal jumlah emisi yang sesungguhnya lewat observasi langsung. “Anda membuat jumlah emisinya sulit untuk diakali atau disiasati,” kata Guterres.
“Hal ini harus menjadi pengingat bagi para pemerintah dan sektor finansial, terutama mereka yang terus berinvestasi dan menghasilkan polusi dari pembakaran bahan bakar fosil,” kata Guterres.
Climat TRACE pertama-tama menentukan aktivitas industrial yang terdapat di titik pemantauan. Kemudian, alat itu menentukan tipe emisi yang dicari. Demikian dikatakan salah satu pendiri, Gavin McCormick yang juga Kepala WattTime, sebuah lembaga non-profit Amerika Serikat bidang teknologi lingkungan.
[Gambas:Video CNN]
(lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com