BRIN Soal Penutupan Kantor Sumedang dan Bandung: Pindah ke Timau

Viral kisah seorang sopir BRIN yang diberhentikan karena berinisiatif memperbaiki bus jemputan dengan jalan meminta penumpang patungan.

Jakarta, CNN Indonesia

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) buka suara soal penyebab ditutupnya beberapa fasilitas riset yang ada di Bandung dan Sumedang, Jawa Barat.

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Robertus Heru mengatakan hal itu lantaran riset keantariksaan akan dipindah ke Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Sumedang ada antariksa dan atmosfer. Yang antariksa teleskop matahari, yang akan ditempatkan di Timau (observatorium nasional),” kata Heru kepada CNNIndonesia.com, Selasa (7/2).

Ia menilai di Pegunungan Timau menjadi lokasi yang baik untuk pengamatan, karena tidak ada awan sehingga memiliki pengamatan yang baik.

Namun Robertus enggan berkomentar lebih lanjut penyebab ditutupnya fasilitas riset di sejumlah tatar priangan itu.

“Kalau alasan manajemennya bisa dikonfirmasi ke BRIN mas (lewat humas). Di ORPA hanya mengenai program risetnya saja. Secara program memang observasi antariksa akan dipusatkan di Timau,” ujarnya.

CNNIndonesia.com sudah menghubungi Kepala Humas BRIN, Dyah Rachmawati ihwal penutupan fasilitas riset itu, Selasa (7/2). Namun hingga berita ditulis belum memberikan respons.

Lebih lanjut Robertus menjelaskan saat ini pembangunan Obssrvatorium Timau belum bisa dilakukan karena terhambat jalan longsor.

“Sedang perbaikan oleh PUPR, menunggu perbaikan jalan selesai,” tuturnya.

Namun ia mengatakan rampungnya pembangunan Observatorium Timau ditargetkan bisa selesai Maret mendatang.

“Semoga masih bisa maret. Laporan teman-tema agak parah kerusakan jalannya,” tuturnya.

Penutupan kantor itu, ungkapnya tak hanya terjadi pada BRIN Pasuruan. Dua kantor BRIN di Bandung, satu kantor di Kabupaten Bandung, dan satu kantor di Sumedang bakal bernasib sama.

“Bukan hanya Pasuruan saja yang ditutup, jadi tinggal menunggu waktu saja” kata Yudha.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekretariatan BRIN, Dsrizal Friyantoni menyebut sentralisasi menjadi arah kebijakan BRIN terkait fasilitas penelitian yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurutnya, hal itu dilakukan demi menunjang efektivitas kinerja.

Nantinya, setelah tersentralisasi, Dsrizal mengklaim BRIN akan membangun fasilitas yang tidak tanggung-tanggung.

“Kalau kita udah sentralisasikan, di situ kita bangun peralatan canggih sehingga bisa digunakan oleh siapa pun, makanya kami gunakan istilah kawasan. Di kawasan itu nanti kita bangun infrastruktur yang megah sekalian,” kata Dsrizal saat acara peluncuran Media Lounge di kantor BRIN di Jakarta, Kamis (2/2). 

Nantinya, jika peneliti ingin melakukan riset atau fasilitas, mereka dapat mengunjungi fasilitas dan peralatan yang telah ditempatkan di wilayah tertentu.

“Kalau ingin menggunakan peralatannya dia bisa datang ke kawasannya, misalnya tentang penerbangan di Cibinong, di situlah kita siapkan peralatannya,” ujar Dsrizal.

Lebih lanjut, Dsrizal mencontohkan pembangunan Observatorium Timau di NTT. Menurut Dsrizal, observatorium itu nantinya akan dapat digunakan untuk beragam penelitian dan riset.

“Misalnya yang sedang kita bangun di Timau, bisa jadi pusatnya di sana, penelitian misalnya terkait atmosfernya, terkait bintangnya,” kata Dsrizal.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com