Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) angkat bicara soal fenomena air terjun yang jatuh dari langit di Bekasi, Jawa Barat. BRIN menegaskan, fenomena tersebut hoaks.
Sebelumnya, beredar di Twitter fenomena air terjun yang jatuh dari langit terjadi di depan rumah seorang warga Bekasi pada pukul 07.33 WIB, pada Rabu (9/11) kemarin. Namun setelah dicek, kabar itu hoaks.
“Kejadian ini telah dikonfirmasi pihak kepolisian bahwa air terjun dari langit tersebut berasal dari saluran air stadion,” tulis Erma Yulihastin, Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN dalam keterangannya, Rabu (9/11).
Erma mengatakan, fenomena air terjun dari langit sebetulnya ada dan dikenal dengan istilah Downburst. Fenomena ini dihasilkan oleh sistem awan badai dahsyat yang menyebabkan hujan sangat deras atau bahkan ekstrem.
Hujan ekstrem tersebut lalu terjadi pada area sangat sempit dan panjang menyerupai terowongan. “Sehingga secara penampakan mirip seperti air terjun,” tulisnya.
Tak hanya hujan deras atau ekstrem, downburst biasanya disertai dengan hempasan angin sangat kuat dari atas menuju permukaan tanah. Alhasil, fenomena yang sangat langka ini “merupakan salah satu jenis cuaca ekstrem yang sangat membahayakan bagi dunia penerbangan”
Lebih lanjut, downburst terbagi ke dalam dua jenis yakni basah dan kering. Downburst basah jika menghasilkan hujan dengan intensitas sangat tinggi, disertai hempasan angin kencang dengan arah vertikal dan horizontal pada sisi kanan dan kiri awan badai.
Di sisi lain, downburst kering menghasilkan sedikit hujan. Akan tetapi, hempasan anginnya sangat kuat dengan daya rusak yang lebih besar dibandingkan yang basah. “Jenis downburst kering ini juga biasanya lebih kecil radius awan badainya (
“Karena hanya menghasilkan sedikit hujan, microburst yang disebut juga dengan awan jatuh ini seringkali dicirikan dari penampakan seakan awan badai berwarna abu tebal namun memiliki gumpalan yang menggelayut di bawahnya sehingga seakan-akan awan tersebut hendak jatuh menuju ke permukaan tanah,” tambahnya.
Fenomena downburst sendiri, tulis Erma, dihasilkan oleh awan menara (Cumulonimbus) yang tinggi menjulang, sangat tebal, dan dalam proses bertumbuhnya berubah menjadi awan badai super yang dahsyat. Awan tersebutlah yang di dalam struktur internalnya mengandung turbulensi dan pusaran vorteks yang kuat, menyerupai struktur tornado.
“Inilah yang berperan dalam memusatkan tetes-tetes hujan berada di tengah-tengah, yang jika telah bergabung satu sama lain menjadi air hujan atau presipitasi akan dihempaskan oleh arus udara yang kuat dari atas menuju bawah sehingga hujan pun turun melalui lorong sempit di bagian tengah-tengah awan,” tulisnya mengakhiri.
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com