BRIN-APEC Bahas Adopsi AI Dalam Penanganan Covid-19

BRIN menargetkan peningkatan Doktor Iptek menjadi 18 persen pada 2023 dan 20 persen pada 2024. Bagaimana caranya?

Jakarta, CNN Indonesia

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama APEC’s Policy Partnership for Science, Technology and Innovation (PPSTI) tengah membahas adopsi kecerdasan buatan (AI) dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam sebuah workshop pada hari ini hingga 11 Mei mendatang.

Indonesia memiliki tantangan besar dalam menghadapi pandemi Covid-19, baik dari sisi pendataan kesehatan maupun penanganannya. Maka dari itu, peran dan kontribusi teknologi informasi sangat penting dalam mendukung penanganan Covid-19.

“Komunikasi mulai dari pendataan jumlah pemeriksaan antigen dan PCR, menjadi sangat penting, untuk pencegahan meluasnya Covid-19 ini. Implementasi teknologi informasi, terbukti sangat membantu dalam penanganan dan mitigasi Covid-19,” ujar Mego Pinandito, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN yang juga Focal Point Person APEC PPSTI Indonesia dalam sebuah keterangan, Senin (8/5).

Indonesia lantas menjadi tuan rumah dalam workshop bertajuk ‘Application of Artificial Intelligence to Accelerate the Mitigation of Covid-19 Pandemi.’

“Tentunya kesempatan ini dilakukan dengan dukungan penuh dari APEC. Melalui workshop yang diselenggarakan BRIN, dapat mengundang pakar teknologi informasi, khususnya artificial intelligence (AI) dalam bidang kesehatan, untuk penanganan dan mitigasi Covid-19, baik dari Indonesia, juga dari berbagai negara APEC,” tutur Mego.

Menurutnya, workshop yang diselenggarakan secara daring ini dapat memperluas jejaring internasional dalam pengembangan AI, baik di bidang kesehatan maupun ke bidang lainnya.

Pertemuan ini disebut membahas capaian riset dan inovasi saat ini, baik dari sisi capaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah berhasil dikembangkan serta implementasinya. Selain itu, pertemuan ini juga melakukan diskusi riset terkait teknologi yang mungkin hadir di masa mendatang.

“Diskusi dan komunikasi lanjutan dengan periset nasional maupun internasional, akan memberikan kesempatan percepatan pencapaian target riset yang diharapkan. Juga perluasan bidang aplikasi AI itu sendiri, yang tentunya akan berkembang baik ke arah hilir untuk penanganan mitigasi kesehatan, maupun ke arah hulu untuk pengembangan obat, vaksin, dan terapi lainnya,” terang Mego.

Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN Budi Prawara menjelaskan kegiatan ini diikuti oleh peserta dari 21 negara anggota Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik/ APEC (APEC member economies). Kegiatan ini sendiri ditujukan untuk mendorong kolaborasi lintas-forum serta merumuskan pedoman kebijakan adopsi teknologi AI dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

“Khususnya, tentang bagaimana mengembangkan dan mengadopsi prinsip-prinsip AI dalam tiga kategori dasar aplikasi AI, yaitu mendiagnosis virus Covid-19, memantau penyebaran virus di tingkat mikro atau dari pasien ke lingkungan, dan di tingkat makro atau potensi penularan massal,” katanya.

“Melalui workshop ini, kita dapat berbagi kebijakan tentang dampak Covid-19 terhadap pemulihan ekonomi anggota APEC, juga bertukar informasi dan pengalaman terkait produk atau teknologi berbasis AI yang dapat berkontribusi dalam mitigasi Covid-19,” tambahnya.

Lebih lanjut, Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN Anto Satriyo Nugroho mengatakan riset yang dilakukan di Indonesia terkait AI sendiri sudah cukup banyak.

Riset AI tersebut diantaranya adalah Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Covid-19 (TFRIC), riset diagnosis Covid-19 dari citra x-ray yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada, pemantauan penyebaran secara global, dan beberapa hal lain yang dikembangkan oleh rekan-rekan peneliti di Tanah Air. 

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini menyatakan tanggap darurat penyebaran Covid-19 di Indonesia belum dicabut meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan pencabutan status darurat Covid-19 global.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan pencabutan darurat virus corona menunggu pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Tentu saja untuk mencabut itu (status darurat Covid-19) perlu juga ada pengumuman resmi dari bapak presiden. Dan untuk itu kita harapkan teman-teman bisa sabar menunggu dari Kementerian Kesehatan atau dari bapak Presiden akan mengumumkan secara resmi,” kata Syahril dalam konferensi pers, Selasa (9/5).

Syahril belum bisa memastikan kapan waktu pencabutan status darurat Covid-19. Ia masih menunggu keputusan resmi dari Jokowi.

“Nah, tentu saja untuk mencabut itu perlu juga ada pengumuman resmi dari bapak presiden,” ujarnya.

(lom/lth)


[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com