Jakarta, CNN Indonesia —
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (25/4) dini hari WIB.
Selain itu BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa yang terjadi sekitar pukul 03.00 itu. Peringatan tsunami pun telah diakhiri pada pagi tadi.
BMKG melansir data bahwa pusat gempa di permukaan bumi atau episentrum pada peristiwa dini hari itu berada di laut sekitar 177 kilometer barat laut Kepulauan Mentawai. Hiposentrum atau pusat gempa di bawah permukaan bumi berada pada kedalaman 23 kilometer.
DAlam siaran pers pada pagi tadi, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan berdasarkan laporan sempat teramati tsunami dengan ketinggian belasan centimeter.
Daryono mengungkapkan gempa yang terjadi pada dini hari tadi merupakan megathrust event.
Risiko zona megathrust Mentawai Siberut
Dalam siaran pers BMKG pada Selasa pagi ini, Daryono mengatakan dengan memerhatikan episentrum dan hiposentrum, peristiwa di Mentawai pada dini hari tadi berjenis gempa bumi dangkal akibat ada subduksi lempeng Indo-Australia.’
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ujarnya.
Kemudian saat konferensi pers BMKG pada Selasa pagi tadi, Daryono mengatakan sejak 2016 lalu di zona megathrust Mentawai Siberut itu sudah sering kali terjadi gempa berkekuatan gempa di atas magnitudo 6,0.
“Sejak tahun 2016 di zona ini sudah sering kali terjadi gempa berkekuatan di atas 6, sehingga tentu saja konsentrasi energi yang tersimpan itu sedikit banyak sudah berkurang. Tetapi untuk menghitung secara absolut itu tidak mudah, tidak mudah dihitung dengan nilai yang pasti, karena ketidakpastian hitungan ini begitu besar,” kata Daryono menjawab pertanyaan soal potensi risiko perhitungan ahli soal potensi gempa hingga 8,9 di zona tersebut.
“Tapi yang pasti dengan banyaknya gempa berkekuatan 6, maka potensi itu sudah tidak lagi 8,9,” imbuhnya.
Dia mengatakan termasuk gempa pada dini hari ini adalah rangkaian gempa yang signifikan sejak tahun 2016, 2018, dan 2019 yang berkekuatan 6,0.
Daryono menyebut bila melihat catatan sejarah di zona tersebut gempa dahsyat yang terjadi di zona itu pada 1 Februari 1797 dengan kekuatan magnitudo8,5 dan menimbulkan tsunami besar.
“Artinya kita sudah lebih dari 300 tahun di zona ini tidak terjadi gempa besar menjadi besar. Sehingga wajar para ahli khawatir itu menjadi sebagai zona [risiko] the big one,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Daryono, harapannya dengan pelepasan kekuatan di zona itu bisa signifikan tetapi tidak dekstruktif bahkan hingga menimbulkan tsunami. Apalagi, sambungnya, pelepasan kekuatan besar di segmen tersebut berisiko juga memengaruhi segmen di sebelahnya.
Daryono mengatakan zona megathrust Mentawai-Siberut itu bersebelahan dengan Segmen Batu dan Segmen Nias-Simeulue.
“Sehingga yang paling penting harus kita pahami zona megathrust Sumatra adalah sebuah segmen yang aktif dan memiliki potensi terjadi gempa besar, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus membangun sistem mitigasi, menyiapkan apa saja terkait infrastruktur mitigasi. struktural, nonstruktural, ataupun kapasitas masyarakat,” tegasnya.
[Gambas:Video CNN]
Sepuluh gempa susulan di Mentawai
BMKG mencatat pascagempa Mentawai pada Selasa dini hari, hingga pukul 05.45 WIB terjadi 19 gempa susulan dengan magnitudo terbesar adalah 5,0.
Sebelumnya, pada gempa utama berkekuatan M 6,9, BMKG mencatat guncangan dirasakan dan berdampak di wilayah Kepulauan Mentawai hingga sebagian wilayah daratan di provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan dampak gempa itu dirasakan setidaknya di tujuh kabupaten/kota.
Apa itu Megathrust?
Berdasarkan catatan CNNIndonesia.com, megathrust adalah daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi di lokasi zona subduksi. Lempeng tektonik Bumi bisa mencapai ribuan kilometer dan menjadi dasar benua dan samudra. Pelat-pelat ini bertabrakan, meluncur, dan bergerak menjauh satu sama lain.
Terkadang lempeng tersebut bertabrakan satu sama lain atau satu lempeng didorong ke bawah lempeng yang lain di zona subduksi. Dengan kata lain, zona subduksi adalah zona pertemuan lempeng-lempeng tersebut.
Jika sejumlah lempeng tektonik bertemu, maka gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor yang kuat dapat terjadi.
Berdasarkan data BMKG, setidaknya ada 13 megathrust di Indonesia yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Mereka adalah zona megathrust Aceh-Andaman, Nias-Simelue, Batu, Mentawai Siberut, dan Mentawai-Pagai.
Lalu megathrust Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat-Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumba, Sulawesi Utara, Filipina, dan Papua.
(tim/kid)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com