Bisakah Manusia Hidup di Air Seperti Namor?

Namor, si antihero di film Black Panther: Wakanda Forever mampu hidup di kedalaman laut hingga superior di daratan. Logiskah?

Jakarta, CNN Indonesia

Manusia lazimnya hidup di darat dan menghirup oksigen bebas di udara. Namun, bisakah kita hidup dan bernafas di air seperti karakter Namor di film Black Panther: Wakanda Forever?

Namor merupakan pemimpin dari kerajaan laut Talokan. Dia adalah tokoh anti-hero di dunia Marvel Cinematic Universe dengan kekuatan yang tampak overpower bahkan dibandingkan Black Panther-nya T’Challa.

Sebagai warga Atlantis separuh manusia, dia bisa bernafas di dalam laut lewat insang di belakang telinganya, adaptasi langsung dengan daratan tanpa mengurangi kekuatan supernya, hingga bisa terbang berkat sayap kecil di kakinya.

Masalahnya, ‘spek’ manusia biasa tak demikian. Ketika masuk ke dalam air, dalam hitungan detik tubuh manusia mulai menyesuaikan diri secara refleks.

Perlahan manusia akan merespons dengan detak jantung melambat, pembuluh darah menegang, mengalihkan aliran darah ke organ vital, limpa perlahan menyempit, mengeluarkan cadangan sel darah merah beroksigen yang berharga ke dalam aliran darah.

Respons itu merupakan cara tubuh untuk memperpanjang waktu manusia bergerak tanpa terengah-engah. Sebuah studi baru menunjukkan manusia hanya bisa bertahan dalam waktu amat terbatas di dalam air.

Memang ada contoh perubahan genetik pada sebagian orang yang tinggal di Asia Tenggara, seperti suku Bajo. Bentuknya, mereka memiliki limpa ukuran berbeda yang dapat meningkatkan kemampuan menahan napas.

Beberapa ilmuwan menyamakan adaptasi evolusioner ini dengan adaptasi yang memungkinkan orang Tibet berkembang biak di dataran tinggi.

Studi baru berurusan dengan orang-orang yang secara lokal sering disebut “Pengembara Laut” dan tinggal di antara pulau-pulau dan garis pantai Asia Tenggara.

“Secara tradisional mereka tinggal di rumah perahu dan hanya sesekali datang ke darat,” kata Melissa Ilardo, seorang peneliti postdoctoral di The University of Utah dan penulis pertama studi tersebut dikutip Scientific American.

Selain itu ada kelompok orang yang tinggal di rumah perahu di perairan sekitar dan antara Filipina, Malaysia, dan Indonesia, merupakan penyelam yang bisa menahan napas selama lebih dari lima menit saat berburu ikan atau kerang.

Sebagai perbandingan, rata-rata orang mungkin dapat bertahan di bawah air selama satu hingga dua menit, dan penyelam bebas kelas dunia dapat menahan napas dalam suasana kompetitif hingga tiga atau hampir empat setengah menit.

Uji hidup di bawah air

Untuk mengetahui apa respons tubuh dan pikiran manusia lalui saat hidup di habitat bawah air, John Clark, Direktur Ilmiah untuk Unit Penyelaman Eksperimental Angkatan Laut AS meneliti efek penyelaman dalam hingga 1.500 kaki (457,2 meter).

Ada banyak teori tentang efek hidup di bawah air pada manusia, tetapi banyak di antaranya kontroversial, anekdot, dan tidak terbukti bahkan oleh mereka yang mempelajarinya dan telah mengalaminya.

“Ada dua jenis penyelam, mereka yang kencing di pakaian selam dan mereka yang pembohong,” sindir Clark.

Penyakit terbesar yang terjadi pada ekspedisi bawah laut, menurut dia adalah apa yang disebut oleh beberapa aquanaut sebagai “creeping crud”.

Hal ini menyebabkan jerawat hingga ruam karena buang air kecil di pakaian selamnya. Dampak itu terjadi lantaran lamanya durasi manusia ada di dalam air, sehingga menyebabkan kejenuhan pada kulit.

Obat terbaik untuk penyakit kulit ini adalah mandi setelah setiap menyelam dan menggunakan sabun antibakteri, serta handuk segar yang sering dikirim ke pangkalan dalam panci masak bertekanan, ditutup dengan tutup yang dibalutkan.

Infeksi telinga juga umum terjadi, tetapi larutan antiseptik yang terbuat dari aluminium asetat digunakan untuk merawatnya dengan cepat sebelum infeksi menjadi lebih parah.

Selain itu, efek samping lain dari hidup di bawah air termasuk pucat dan berkurangnya produksi vitamin D akibat kurangnya paparan sinar matahari.

Dengan demikian kemungkinan manusia bisa hidup di bawah air terbilang tak mungkin dilakukan dalam waktu lama. Terlebih ada sederet efek samping yang dihasilkan usai berlama-lama melakukan penyelaman, menurut laporan Pop Sci.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com