Beragam Ancaman Kepung Pantai Peneluran Penyu Terpanjang di RI

Pantai Paloh di Kalimantan dikenal sebagai pantai peneluran penyu terpanjang di Tanah Air. Namun eksistensinya dikepung beragam ancaman.

Jakarta, CNN Indonesia

Pantai Paloh di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia. Sayangnya, para penyu di pantai tersebut berada dalam beragam ancaman.

Hewan dilindungi ini memiliki sederet ancaman yang membayangi kelangsungan hidupnya, mulai dari manusia, alam, hingga predator.

“Paloh memiliki hamparan pantai peneluran penyu yang terpanjang di Indonesia dengan panjang 63 kilometer. 3700 penyu mendarat di pantai ini dan separuhnya bertelur setiap tahun,” ujar Aditya Bayunanda, CEO Yayasan WWF Indonesia dalam acara peluncuran buku Penyu dan Paloh, Perjalanan Konservasi di Ekor Borneo secara daring, Kamis (6/4).

Indonesia memiliki enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia, yakni penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hanya satu spesies yang tidak ada di Indonesia, yaitu penyu kempi (Lepidochelys kempii).

Penyu menjadi hewan yang dilindungi karena terancam punah. Penurunan populasi penyu disebabkan oleh banyak hal, salah satunya perilaku manusia.

“Ancaman terbesar kalau kita lihat dari perspektif global, yang pertama faktor manusia, faktor antropogenik. Tidak saja mengancam secara langsung lewat perburuan, tetapi juga intervensi manusia lewat pembangunan di wilayah pesisir,” ujar Agus Dermawan, Ahli Utama Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di acara yang sama.

Selain perilaku manusia, pemanasan global menjadi salah satu faktor alami yang memengaruhi penurunan populasi penyu.

Dalam buku Penyu dan Paloh disebut “meningkatnya suhu bumi berpengaruh secara langsung terhadap reproduksi penyu.”

Idealnya, suhu yang dibutuhkan dalam proses penetasan telur penyu antara 24-33 derajat Celcius. Jika temperatur terlalu tinggi, maka akan membuat tukik (anak penyu) yang menetas dari telur didominasi oleh jenis kelamin betina, begitu pula sebaliknya.

Artinya, pemanasan global akan memperbanyak penyu berjenis kelamin betina dan mengurangi populasi penyu jantan. Sel telur pada betina kemudian akan dihadapkan pada masalah pembuahan karena tidak tersedianya cukup pejantan. Hal ini lantas menyebabkan tingkat reproduksi menjadi menurun dan regenerasi penyu menjadi terhambat.

Penyu sendiri bertelur dengan siklus 2 hingga 4 tahun. Dalam satu masa peneluran, penyu meletakkan ratusan butir telur ke dalam pasir dalam 4 hingga 7 kali kunjungan. Ratusan telur ini perlu berjuang selama 50 hari hingga dapat menetas menjadi tukik.

Di Paloh, perburuan telur penyu pernah menjadi masalah yang sangat serius.

Hasil studi awal yang dilakukan oleh Yayasan WWF Indonesia pada 2009-2010 menunjukkan hampir 100 persen telur penyu diburu di pantai peneluran penyu Paloh. Pada 2009, dari 2,577 sarang yang dijumpai, terdapat 2,553 sarang yang hilang. Dengan kata lain, tingkat kehilangan tersebut mencapai 99,07 persen.

Selain terancam di darat, penyu juga terancam perburuan di laut. Data awal studi bycatch tahun 2012 menunjukkan, setidaknya kurang lebih 500 ekor penyu tertangkap tidak sengaja oleh nelayan setiap tahunnya.

Kemudian, masalah lain yang berasal dari laut adalah limbah dan sampah yang berasal dari perairan di sekitar Paloh.

Terdapat setidaknya tujuh negara yang menjadi sumber sampah yang terdampar ke pesisir Paloh, termasuk Indonesia sendiri. Hal ini dikarenakan perairan Laut Natuna Utara terhubung dengan Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan China.

Lebih lanjut, faktor lain yang mengancam populasi penyu adalah kerusakan habitat, seperti abrasi, serta kehadiran predator.

(lom/lth)



[Gambas:Video CNN]




Sumber: www.cnnindonesia.com