Jakarta, CNN Indonesia —
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Pangerapan berkomentar soal kemungkinan manusia digantikan oleh kecerdasan buatan (AI).
Menurutnya, transformasi digital kerap berdampak pada hilangnya pekerjaan. Sehingga, manusia harus berakselerasi agar tidak mudah tergantikan oleh mesin.
“Ya yang buatnya (AI) manusia, ya bego aja manusianya kalau mau digantikan,” ujar dia dalam acara Penandatanganan Kerja Sama Pengembangan Natural Language Processing Artificial Intelligence antara Ditjen Aptika dan Korika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di kantornya, Jakarta, Kamis (13/4).
Seperti contoh, kata dia, sistem pembayaran tol dahulu masih harus dijaga oleh pegawai. Kini dengan kemajuan teknologi, pembayaran hanya cukup menggunakan kartu yang terisi saldo elektronik.
Kendati demikian, menurut Semuel ada nilai positif yang bisa diambil dari AI, mulai dari segi produktivitas hingga menghemat waktu.
Sebelumnya, Associate Professor SEB Telkom University Andry Alamsyah menyebut kecerdasan buatan akan menggantikan sejumlah pekerjaan yang sifatnya repetitif.
“Yang pasti akan digantikan oleh AI itu pekerjaan repetitif. Jadi pekerjaan repetitif itu pekerjaan seperti administrasi, penjaga toko, penjaga tol, kasir, pokoknya pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya berulang,” ujar dia, Rabu (22/2).
Bakal memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK)?
“Exactly. Jadi kalau menurut saya, kalau manusianya itu bisanya hanya repetitif, mereka tidak akan bersaing, pasti akan kena PHK,” jawab dia.
“Kapan [terjadi]-nya tergantung teknologinya murah atau enggak,” imbuh Andry.
Sementara, Wakil Presiden (Wapres) RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) tak percaya AI bisa menggantikan peran manusia dalam dunia kerja.
“Artificial Intelligence (AI) tidak seperti kata orang bahwa mesin akan menggantikan manusia. Manusia tidak akan tergantikan dan ekonomi akan tumbuh dari nilai tambah dari efisiensi dan inovasi,” ujar dia, dikutip dari Antara, Jumat (17/3).
JK mengakui teknologi informasi atau komputer diperlukan untuk menunjang pekerjaan. Namun, ia menegaskan kebutuhan manusia akan teknologi informasi bukan untuk menunjang teknologi.
“Seperti yang kita ketahui sekarang perusahaan-perusahaan teknologi, karyawannya di-PHK karena pengusaha kembali ke real industri, pertanian yang maju dengan teknologi yang mempunyai nilai tambah. Bukan lagi bisnis yang orang bilang bakar uang,” jelasnya.
“Bahwa tetap diperlukan teknologi IT atau komputer yang baik, tapi tujuannya untuk memberi nilai tambah bukan lagi IT untuk IT atau artificial intelligence (AI),” sambung JK.
Membantu manusia
Semuel juga menyebut tenaga manusia pada dasarnya tetap diperlukan untuk melengkapi hasil kerja AI. Contohnya, pidato dirinya di acara tersebut yang merupakan hasil pengolahan AI.
“By the way, tadi semua [pidatonya] dibuat oleh AI,” kata Semuel, sambil menggarisbawahi bahwa tetap butuh sentuhan manusia dalam proses penyuntingannya.
Selain itu, lanjutnya, AI juga bisa dimanfaatkan untuk memerangi hoaks. Contoh nyatanya adalah kerja sama Kominfo dengan BRIN dalam penanganan konten hoaks di dunia digital.
“Kominfo dan Korika BRIN akan menciptakan teknologi kecerdasan artifisial untuk melakukan analisis berita hoaks dan sentimen,” jelasnya, dalam keterangan pers.
Semuel menjelaskan Korika akan menghasilkan algoritma yang dibuat melalui teknik Natural Language Processing (NLP) dan Pembelajaran Mesin atau Machine Learning yang akan diberikan kepada Kominfo.
“Hasil yang diharapkan Kominfo dapat memanfaatkan teknologi Kecerdasan Artifisial dalam menjalankan fungsi pengawasan atas berita hoaks dan sentimen di sosial media,” ucapnya.
Ketua Umum Kolaborasi untuk percepatan inovasi Kecerdasan Artifisial Indonesia (Korika) BRIN Hammam Riza menyatakan kerja sama itu merupakan salah satu tindak lanjut penerapan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia (Stranas KA) yang diluncurkan pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada tanggal 10 Agustus 2020.
“Untuk mengorkestrasi ekosistem kolaborasi untuk menghasilkan inovasi,” tuturnya.
(can/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com