Beda Twitter Rezim Musk di Mata Kubu Partai Republik dan Demokrat

Twitter resmi diakuisisi Elon Musk per Jumat (28/10). Bagaiman cara

Jakarta, CNN Indonesia

Dua partai utama di Amerika Serikat (AS) memiliki pandangan berbeda usai Twitter diambil oleh Elon Musk, dengan peningkatan signifikan suara positif dari pendukung Partai Republik.

Dalam sebuah jajak pendapat Pew Research yang dirilis pada Senin (1/5), pengguna Twitter yang condong ke Partai Republik yang percaya platform ini “sebagian besar buruk” bagi demokrasi AS turun secara signifikan. Yakni, dari 21 persen dari sebelumnya 60 persen dua tahun lalu.

Demikian pula, kubu Partai Republik yang mengatakan platform ini “sebagian besar baik” untuk demokrasi naik dari sebelumnya 17 persen kini menjadi 43 persen.

Sebaliknya, pandangan kubu Partai Demokrat terhadap Twitter sebagai platform yang baik untuk demokrasi turun dari 47 persen pada 2021 menjadi 24 persen saat ini.

Pandangan mereka bahwa situs tersebut buruk untuk demokrasi juga meningkat dari 28 persen menjadi 35 persen.

Meski demikian, kedua kubu partai yang disurvei semakin percaya Twitter tidak memengaruhi demokrasi Amerika. Pada 2021, 22 persen simpatisan Partai Republik menjawab platform ini tidak berdampak, dan 23 persen anggota Partai Demokrat setuju pada pendapat itu.

Saat ini, 36 persen anggota Partai Republik mengatakan Twitter tidak berpengaruh, dan pihak Partai Demokrat meningkat menjadi 40 persen.

Hoaks

Sementara itu, kesenjangan dalam pandangan partaipartai politik AS terhadap misinformasi dan penyalahgunaan di platform ini juga melebar.

Misalnya, 68 persen anggota Partai Demokrat yang disurvei mengatakan “informasi yang tidak akurat atau menyesatkan” merupakan masalah di platform tersebut meningkat dari 54 persen pada 2021.

Di sisi lain, 37 persen anggota Partai Republik meyakini hal tersebut merupakan masalah (dibandingkan dengan 52 persen pada dua tahun lalu).

Kemudian, 65 persen anggota Partai Demokrat mengatakan pelecehan dan penyalahgunaan jadi masalah di Twitter. Angka tersebut mengalami peningkatan dari 50 persen pada 2021.

Sementara, cuma 29 persen anggota Partai Republik yang setuju pada masalah ini, turun dari 41 persen pada 2021.

“Cara moderasi konten Twitter telah berubah sejak [Musk] mengambil alih perusahaan ini jelas condong ke arah mendukung sayap kanan,” kata JM Berger, seorang peneliti tentang ekstremisme di media sosial, dikutip dari Engadget.

“Saya pikir dia dengan sengaja memberdayakan para ekstremis sayap kanan. Argumen apa pun yang mengatakan bahwa dia mencoba memberdayakan kelompok tengah adalah omong kosong dan harus diperlakukan seperti itu,” tambahnya.

(lom/arh)





Sumber: www.cnnindonesia.com